Depok, tvOnenews.com-Program tiga juta rumah yang jadi prioritas pemerintah Prabowo-Gibran bukan sebuah janji politik tanpa perhitungan. Staf Ahli bidang Sosial, Ekonomi dan Budaya Menteri Perumahan dan Permukiman Indonesia Dr Tasdiyanto menyebut program tersebut realistis dan telah dihitung secara matang. "Itu bagian program prioritas pangan dan papan Kabinet Merah Putih," ujar Dr Tasdiyanto dalam diskusi Semangat Gotong Royong: Solusi Rumah untuk Rakyat yang digelar di Gedung Balai Sidang, Universitas Indonesia di Depok, Jawa Barat.
Tasdiyanto menyebut program tiga juta rumah akan disebar banyak wilayah. Ada sejuta rumah bagi warga kota, sejuta rumah bagi warga desa dan sejuta rumah bagi warga pesisir. "Untuk pembangunan di perkotaan akan melibatkan developer besar dan pembangunan di pedesaan untuk developer baru," ujar Tasdiyanto.
Hanya, ujar Tasdiyanto, tiga juta rumah juga termasuk renovasi perumahan yang tidak layak dan relokasi rumah penduduk yang terkena bencana.
Saat ini secara gradual dan bertahap pemerintah sudah mewujudkan program utama yang masuk dalam Asta Cita pemerintahan Prabowo-Gibran. Sudah ada komitmen membantu 1 juta rumah dari pemerintah Qatar. Ada juga pemerintah Uni Emirat Arab yang disebut juga akan berkontribusi dalam program tersebut.
Bahkan Kementerian Perumahan dan Permukiman sudah memikirkan desain rumah yang akan dibangun. "Harus mencerminkan budaya lokal," ujar Tasdiyanto.
Pengamat Perkotaan yang juga pengajar prodi Kajian Pengembangan Perkotaan Sekolah Stratejik dan Global Universitas Indonesia Lin Yola Ph.D memuji program 3 juta rumah yang jadi prioritas pemerintah Prabowo-Gibran.
Menurut Lin, setelah pemerintah membenahi sektor transportasi memang sudas saatnya memprioritaskan pembangunan perumahan dan permukiman.
Namun, bagi Lin, hal yang paling penting dari program tersebut harus terbuka dan inklusif bagi rakyat banyak.
Perkampungan penduduk di wilayah pesisir misalnya layak untuk diutamakan. Corak permukiman beragam dan belum layak untuk disebut hunian sehat.
"Saya pernah riset di kawasan pesisir selama tiga bulan dan menyerah karena pemenuhan air bersih bagi mandi dan kebutuhan rumah tangga sangat sulit," ujar Dr Lin Yola, arsitek yang juga pakar tata kota dari Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia
Load more