Jakarta, tvonenews.com - Di tengah anjloknya kinerja pasar saham domestik pekan lalu, kinerja saham - saham emiten dengan kapitalisasi besar turut menjadi pemberat. Saat saham emiten - emiten jumbo anjlok, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) langsung terpuruk hingga 7,1 persen dalam sepekan.
Meski Direktur Utama BEI Iman Rachman menyebut faktor global, domestik dan laporan keuangan emiten menjadi penyebab, Analis Strategi Institute Fauzan Luthsa menyebutkan faktor global dapat diminimalisir jika pondasi pasar modal sehat.
“Kita butuh diversifikasi skala emiten di market. Ketergantungan pada emiten besar tidak hanya menyempitkan pilihan investasi, tetapi juga meningkatkan risiko volatilitas pasar dan ketergantungan pada investor asing,” jelasnya, Sabtu (1/3/2025).
Fauzan mengatakan konsentrasi bursa pada emiten jumbo telah menciptakan pasar yang terlalu terkonsentrasi. Akibatnya ada resiko sistemik yang membesar. Ia mencontohkan, emiten jumbo, dengan bobotnya yang signifikan dalam indeks, bila mengalami koreksi dapat memicu penurunan IHSG yang tajam.
“Begitu juga ketika mayoritas dana investasi mengalir ke perusahaan besar, setiap fluktuasi nilai sahamnya memiliki dampak berlipat ganda terhadap kestabilan pasar secara keseluruhan,” ujar Fauzan.
Dengan komposisi investor asing mencapai 40 persen, jelas Fauzan, aksi penjualan besar-besaran dapat mengguncang pasar. “Ketika pilihan investasi terbatas hanya pada emiten jumbo, mekanisme penyerapan pasar lokal menjadi lemah dan ini memperburuk dampak penarikan modal oleh asing,” katanya.
Fauzan mengatakan, secara jangka panjang kondisi pasar modal ini akan semakin rapuh, hal ini dapat dilihat pada pipeline IPO dimana terdapat antrian 19 calon emiten, “Sebanyak 18 diantaranya emiten jumbo dan hanya satu perusahaan menengah. Ini membuat pilihan bagi investor menjadi sangat terbatas,” tambahnya.
Load more