Semarang, Jawa Tengah - Kenaikan harga gas LPG dan minyak goreng membuat kelimpungan para pelaku usaha kuliner di Semarang. Mereka dihadapkan pada situasi yang dilematis. Di satu pihak modal mereka jelas bertambah, namun mereka tidak berani menaikkan harga produk karena khawatir ditinggal pelanggan.
"Ya kalau kita jual makanan tidak semudah itu menaikkan harga. Memang harga bahan baku naiknya cukup banyak belakangan ini Terutama minyak dan gas, juga daging ayam. Tapi kalau kita ikut naikkan harga makanan, pelanggan bisa nggak beli. Naik seribu saja sudah pengaruh," kata Selfira, pelaku usaha kuliner ayam di Tembalang Kota Semarang.
"Ya bayangkan saja, elpiji dua belas kilo itu harga sebelum naik kan 150 ribu per tabung. Lalu naik jadi 175 ribu, sekarang malah naik lagi jadi 208 ribu. Belum lagi daging ayam yang saat ini juga ikut naik," ungkapnya.
Yang cukup membuat deg-degan adalah minyak goreng. Bagi pelaku usaha kuliner dengan produk utama ayam goreng, jelas bahan baku minyak goreng adalah mutlak harus selalu sedia. Tapi saat ini harganya melambung. Tak hanya itu, barangnya juga sulit didapat.
"Saya sebelumnya bisa beli di pasar, tapi sekarang langka. Kalau pun ada itu dibatasi dan harus membeli barang yang lain dulu baru bisa beli minyak goreng. Makanya sekarang kita coba beli minyak goreng via online, memang tetap mahal tapi yang penting stok ada," jelasnya lagi.
Dengan kenaikan harga bahan baku tersebut, ia tetap pilih bertahan tidak menaikkan harga produk kulinernya, dengan resiko keuntungan usaha turun sekitar sepuluh persen.
Load more