Tantangan ekonomi global dan domestik kian berat, HIPMI mendesak pemerintah untuk mengambil langkah strategis demi stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Jakarta, tvOnenews.com – Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) menyoroti semakin beratnya tantangan ekonomi global dan domestik yang berdampak langsung pada dunia usaha di Indonesia. Sekretaris Jenderal HIPMI, Anggawira, mengingatkan bahwa respons cepat dan strategis dari pemerintah sangat dibutuhkan agar perekonomian nasional tetap stabil.
“Kondisi ini membutuhkan kebijakan yang lebih berani, terukur, dan pro-pengusaha untuk menjaga stabilitas ekonomi serta memastikan pertumbuhan yang inklusif. Jika tidak ada langkah konkret dari pemerintah, tekanan terhadap dunia usaha akan semakin besar dan memperlambat pemulihan ekonomi nasional,” ujar Anggawira di Jakarta, Kamis (03/04).
IHSG Terpukul, Rupiah Melemah, dan Ancaman Tarif AS
Salah satu faktor yang mengancam stabilitas ekonomi adalah gejolak pasar saham yang menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kejatuhan drastis hingga memicu penghentian perdagangan sementara atau trading halt. Selain itu, pelemahan nilai tukar rupiah turut memperburuk situasi, menggerus daya beli masyarakat dan meningkatkan biaya impor bagi industri dalam negeri.
Kebijakan tarif baru dari Amerika Serikat (AS) juga menambah beban bagi industri nasional. Di bawah kepemimpinan Donald Trump, AS menerapkan US Reciprocal Tariffs Plan dengan tarif 32 persen terhadap produk asal Indonesia. Langkah ini dinilai dapat mempersempit peluang ekspor Indonesia ke AS, terutama bagi sektor manufaktur seperti tekstil, elektronik, dan otomotif.
HIPMI Dorong Kebijakan Strategis: Jangka Pendek, Menengah, dan Panjang
Menghadapi situasi ini, HIPMI merekomendasikan sejumlah kebijakan yang perlu segera diambil pemerintah, mulai dari jangka pendek hingga jangka panjang.
Halaman Selanjutnya :
Jangka Pendek (0-6 bulan): Intervensi Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas rupiah. Stimulus fiskal bagi sektor usaha yang terdampak langsung. Penguatan sektor UMKM agar lebih mandiri dan tahan terhadap guncangan global. Jangka Menengah (6-18 bulan): Diversifikasi pasar ekspor untuk mengurangi ketergantungan terhadap AS. Percepatan perjanjian dagang dengan Uni Eropa, Timur Tengah, dan Afrika. Penguatan investasi domestik untuk meningkatkan daya saing ekonomi. Jangka Panjang (>18 bulan): Transformasi ekonomi melalui hilirisasi industri guna mengurangi ekspor bahan mentah. Pengembangan industri bernilai tambah seperti petrokimia, elektronik, dan kendaraan listrik. Peningkatan kapasitas produksi dalam negeri agar lebih mandiri. Penguatan regulasi sektor keuangan dan peningkatan literasi keuangan masyarakat.
Load more