BUMI juga membeberkan imbas penurunan produksi perusahaan tambang batubaranya. Namun tren yang ada justru memicu harga batubara ke level tertinggi.
"Hujan deras dan efek La Nina di area pertambangan berimbas pada penurunan produksi Q1'2022 Perseroan sebesar 16% menjadi 16,3 MT vs 19,3 MT pada periode yang sama di tahun 2021, namun harga jual rata-rata meningkat 59% dari USD 53,1/t di Q1’2021 menjadi USD 84,5/t di Q1'2022. Peningkatan ini sejalan dengan pemulihan harga batubara global dan tren bullish saat ini yang dipicu oleh ketidakseimbangan pasokan dan telah membawa harga batubara ke level tertinggi dalam 10 tahun," sebut BUMI.
Mereka juga menyatakan telah membayarkan utang pokok dan bunga Tranche A hingga April 2022 sebesar USD 613 juta.
Dengan membaiknya sektor batubara dan tren kenaikan harganya pada kuartal II 2022, BUMI berharap dapat meningkatkan kinerja di tengah tantangan global dan domestik yang memengaruhi pemulihan ekonomi. (act)
Load more