Pati, Jawa Tengah - Pandemi virus Corona yang masih belum berakhir berdampak negatif terhadap perajin batik di Pati, Jawa Tengah. Karena permintaan pasar yang masih lesu, omset perajin batik anjlok hingga 70 persen.
Akibatnya, sebagian produsen batik skala kecil sementara menghentikan proses produksi karena tidak ada pesanan. Sementara produsen besar mulai mengurangi pekerja untuk efisiensi pengeluaran gaji.
Salah satu produsen batik Bakaran asal desa Langgen Harjo, Kecamatan Juwana, Pati, Tamziz Al Anas mengatakan, pandemi telah berlangsung satu setengah tahun namun belum ada tanda-tanda pesanan batik akan kembali normal seperti sebelum pandemi menerpa.
Jika biasanya ia memperoleh pesanan seribu potong batik per bulan, kini ia hanya mengerjakan tiga ratus potong batik saja. "Pandemi ini sangat berpengaruh banget terutama di pemesanan
untuk seragam. Biasanya setiap pergantian tahun ajaran baru selalu ada pesanan seragam, tetapi sekarang sudah tidak ada. Dan biasanya kita mendapat pesanan dari lembaga lembaga dinas pun sekarang berkurang," keluh Tamziz, Rabu (1/9)
Untuk menyiasati hal tersebut, ia kini hanya memproduksi batik hanya 30 persen dari kapasitas normalnya. Kesulitan tersebut kian bertambah karena suplai bahan baku yang sering terlambat akibat pembatasan mobilitas dan kenaikan harga bahan baku batik sebesar 10 persen.
"Juga untuk akses bahan baku kita sering telat pengiriman karena ada pambatasan-pembatasan, sehingga kadang tidak ada pengiriman bahan baku akhirnya kita terkendala mendapatkan bahan baku dan juga harga sudah naik diatas 10 persen," sebutnya.
Para perajin batik di sentra batik Bakaran Juwana, Pati, berharap Pemerintah dapat memperhatikan keberadaan industri batik. Sebab para perajin ini ujarnya sangat membutuhkan insentif permodalan untuk bisa bertahan di tengah pandemi Covid-19 yang belum tampak kapan akan berakhir. (Abdul Rohim/afr)
Load more