Nusa Dua - Kedalaman pasar valuta asing suatu negara akan menentukan penyesuaian nilai tukarnya saat bergejolak. Oleh karena itu berbagai negara dengan pasar valas yang dalam dan akses pasar berkelanjutan memungkinkan penyesuaian penuh nilai tukar yang optimal suatu negara.
“Anda akan benar-benar dapat menggunakan instrumen kebijakan konvensional dan memungkinkan untuk penyesuaian nilai tukar dengan pasar valas yang dalam,” kata Deputi Direktur Departemen Moneter dan Pasar Modal Dana Moneter Internasional (IMF) Christopher Erceg dalam Kegiatan Sampingan G20 Indonesia 2022 bertajuk Central Bank Policy Mix for Stability and Economic Recovery, di Nusa Dua, Badung, Bali, Rabu (13/7/2022).
Christopher Erceg mengatakan bahwa sebenarnya tak ada satu kebijakan pasti yang cocok untuk semua negara dalam menghadapi suatu krisis.
“Sebab, kebijakan yang optimal akan sangat bergantung pada kejutan yang datang, karakteristik, dan kondisi awal negara itu,” ujarnya.
Dengan demikian, menurut dia, tekanan seperti inflasi maupun geopolitik, sebenarnya harus diatasi dengan kebijakan yang berbeda pula oleh masing-masing negara yang mengalaminya atau merasakan dampaknya.
Untuk negara dengan tekanan yang signifikan, instrumen lain dapat memainkan peran yang berguna untuk kejutan tertentu.
“Sangat penting instrumen lain itu dipersiapkan, setidaknya untuk berpotensi memainkan peran konstruktif dalam membantu mencapai tujuan stabilitas makroekonomi dan stabilitas," kata Christopher.
Dalam kasus tertentu, menurut dia, intervensi valas hingga sistem manajemen keuangan komprehensif dapat membantu meningkatkan kebijakan moneter dan mendorong stabilitas keuangan. (HW/ree)
Load more