Jakarta - Pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi) harga minyak naik moderat bahkan usai persediaan minyak AS meningkat dan angka inflasi AS mendukung kasus kenaikan suku bunga Federal Reserve (Fed) besar lainnya.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS untuk pengiriman Agustus naik 46 sen atau 0,5 persen menjadi ditutup di 96,30 dolar AS per barel.
Patokan global Brent turun tajam sejak mencapai 139 dolar AS pada Maret yang mendekati level tertinggi sepanjang masa di 2008.
Hal tersebut lantaran investor telah menjual minyak akhir-akhir ini di tengah kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga agresif untuk membendung inflasi akan memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menekan permintaan minyak.
Harga minyak turun lebih dari 7,0 persen pada Selasa lalu (12/7/2022) dalam perdagangan yang bergejolak menjadi menetap di bawah 100 dilar AS.
Hal ini untuk pertama kalinya sejak April dan berada dalam kondisi oversold berdasarkan indikator kekuatan relatif, ukuran sentimen pasar.
"Saya tidak akan mengatakan tren naik ini belum berakhir," kata Wakil Presiden Senior StoneX Financial, Thomas Saal. "Tingkat persediaan masih cukup rendah di seluruh dunia, dan itu menjadi faktor besar dalam reli ini."
Pasar fisik tetap ketat. Acuan utama seperti minyak mentah Forties dan minyak mentah Midland AS diperdagangkan dengan harga premium ke pasar berjangka, melukiskan gambaran yang berbeda dari apa yang terjadi di masa depan yang telah dipengaruhi oleh data inflasi yang memperkirakan kenaikan suku bunga lebih banyak dari bank-bank sentral besar.
Minyak mentah Forties adalah salah satu nilai yang menopang kontrak berjangka Brent ditawar pada rekor premium tertinggi dengan patokan plus 5,35 dolar AS per barel pada Rabu kemarin.
Harga minyak mentah Midland AS berada di premium 1,50 dolar AS per barel untuk WTI juga mencerminkan pengetatan meskipun di bawah premi yang dicapai pada akhir Februari setelah Ukraina diserang.
Persediaan minyak AS naik lebih dari yang diharapkan dalam jeda ringan dari ketatnya pasar.
Stok minyak mentah komersial AS naik 3,3 juta barel, data pemerintah menunjukkan bahwa dibandingkan ekspektasi untuk penarikan moderat dalam stok.
Indeks harga konsumen AS meningkat menjadi 9,1 persen pada Juni karena biaya bensin dan makanan tetap tinggi, memperkuat kasus bagi Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin akhir bulan ini.
Ekspektasi untuk pertumbuhan yang lebih rendah juga telah mamicu pelarian ke dolar AS untuk alasan keamanan.
Indeks dolar mencapai level tertinggi 20 tahun pada Rabu lalu yang membuat pembelian minyak lebih mahal untuk pembeli non AS.
Pembatasan Covid-19 yang diperbarui oleh China juga membebani pasar lantaran impor minyak mentah China turun ke level terendah dalam empat tahun pada Juni.
"Masalah permintaan mengejar harga tinggi. Dolar AS menyebabkan tekanan turun pada semua komoditas. Ada perubahan mentalitas selama beberapa minggu terakhir," kata Analis Pasar Energi CHS Hedging, Tony Headrick.
Pada minggu ini, baik organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak maupun Badan Energi Internasional, dalam laporan bulan ini memperingatkan bahwa permintaan melemah terutama di ekonomi terbesar dunia. (ree)
Load more