Ukraina, Rusia, Turki, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akan menandatangani kesepakatan terkait ekspor gandum melalui Laut Hitam. Kesepakatan ini dijadwalkan akan ditandatangani minggu depan.
Menteri pertahanan Turki, Hulusi Akar menyebutkan bahwa kesepakatan tersebut akan ditandatangani pada minggu depan. Penandatanganan sekaligus kontrol bersama merupakan pemeriksaan terkait pengiriman gandum di pelabuhan dan Turki memastikan untuk keamanan rute ekspor di Laut Hitam.
Seperti yang diungkapkan The Straits Times, dikutip pada (14/7/2022), Pusat koordinasi dengan Ukraina, Rusia, dan PBB akan didirikan di Turki untuk ekspor biji-bijian.
Dengan berhati-hati, Guterres mengatakan kepada wartawan bahwa dirinya berdoa untuk tujuan bersama tersebut dapat tercapai kesepakatan akhir.
“Semoga kita dapat mencapai kesepakatan akhir minggu depan. Saya optimis, tetapi itu belum sepenuhnya selesai,” ujar Guterres.
“Kami telah melihat langkah maju yang kritis,” katanya.
Dirinya menerangkan butuh adanya lebih banyak pekerjaan teknis. Hal ini diperlukan untuk mewujudkan kemajuan.
“Lebih banyak pekerjaan teknis sekarang akan diperlukan untuk mewujudkan kemajuan hari ini. Tapi momentumnya jelas,” lanjutnya.
Dilansir dari VIVA, Mengenai pembicaraan damai dari perang antara Ukraina dan Rusia yang menginvasi pada (24/2/2022) lalu, Guterres mengatakan Moskow dan Kiev telah menunjukkan bahwa mereka dapat terlibat satu sama lain.
“Tetapi untuk perdamaian kita masih harus menempuh jalan yang panjang,” ungkap Guterres.
Perang yang menyerang Ukraina telah menyebabkan lonjakan harga biji-bijian, minyak goreng, bahan bakar serta pupuk di dunia.
Invasi Rusia dan blokade laut juga telah menghentikan ekspor. Hal ini menyebabkan puluhan kapal terdampar sekitar 20 juta ton biji-bijian terjebak dalam silo d Odesa.
Ukraina dan Rusia menjadi pemasok gandum utama dunia. Selain itu, Rusia menjadi pengekspor pupuk terbesar dunia. Sementara Ukraina merupakan produsen minyak jagung dan bunga matahari yang signifikan.
Seorang pejabat senior PBB mengatakan sebagian besar poin penting pembicaraan mengenai lanjutan ekspor laut hitam Ukraina telah diatasi. Selain itu adanya diskusi di Istanbul sebagai terobosan baru.
Sebelum pembicaraan tersebut, para diplomat mengungkapkan rincian rencana ekspor Ukraina termasuk dengan kapal Ukraina yang memandu kapal biji-bijian masuk dan keluar melalui perairan pelabuhan tambang.
Rusia telah menyetujui gencatan senjata saat pengiriman bergerak. Sementara Turki yang didukung oleh PBB akan bertugas untuk memeriksa kapal agar menghilangkan ketakutan Rusia yang akan menyelundupkan senjata.
Adanya kesepakatan ini memicu harapan dunia agar Ukraina dapat meningkatkan ekspor biji-bijian, meski Rusia melakukan blokade di pelabuhan Laut Hitam. Kapal mulai melewati muara penting di sungai Danube.
Rusia selama ini terus mengekspor biji-bijian sejak perang dimulai. Namun memiliki kendala pada kapal besar, sebab pemilik kapal banyak yang takut untuk mengirimkan kapalnya ke wilayah tersebut. Biaya pengangkutan dan asuransi juga meningkat tajam.
Untuk itu PBB juga akan mencoba untuk memfasilitasi ekspor biji-bijian dan pupuk Rusia.
Sementara itu, Amerika Serikat (AS) mengatakan biji-bijian dan pupuk Rusia tidak dikenakan sanksi dan telah menawarkan untuk memberikan jaminan tertulis kepada perusahaan pelayaran dan negara pengimpor.
Saat ini Petani dari kedua negara tersebut sedang mengalami panen tanaman gandum 2022. Bulan Juli hingga November menjadi waktu tersibuk bagi pedagang untuk mengirimkan hasil panen.
Namun panen selanjutnya sangat berisiko karena saat ini Ukraina sedang kekurangan ruang untuk penyimpanan. Sebab penghentian ekspor yang dilakukan oleh Rusia sebelumnya. (Kmr)
Load more