Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan langkah agresif The Federal Reserve (The Fed) dalam menaikkan suku bunga acuan untuk menekan laju inflasi yang menembus 9,1 persen jelas akan mempengaruhi ekonomi global.
“Dampak dari inflasi 9,1 persen pada Juni yang direspon dengan kenaikan suku bunga makin agresif dari The Fed jelas akan mempengaruhi ekonomi global,” katanya dalam Konferensi Pers APBN KiTA di Jakarta, Rabu (27/7/2022).
Sri Mulyani menuturkan inflasi Amerika Serikat (AS) yang sebelumnya sebesar 8,4 persen dan melonjak ke 9,1 persen menjadi latar belakang The Fed dalam menaikkan suku bunga acuan sebagai langkah pengetatan moneter.
Lonjakan inflasi di AS sendiri disebabkan oleh kenaikan harga komoditas energi seperti minyak, gas dan mineral serta pangan.
Historis menunjukkan setiap AS menaikkan suku bunga acuan terlebih lagi secara sangat agresif biasanya diikuti oleh krisis keuangan di negara-negara emerging seperti yang terjadi pada 1974 dan 1980-an.
Oleh sebab itu, Sri Mulyani mengatakan hal Ini menjadi salah satu risiko yang sedang dipantau oleh berbagai institusi seperti Dana Moneter Internasional (IMF) dalam melihat kerawanan negara-negara developing dan emerging.
Tak hanya itu, volatilitas yang meningkat ini juga menimbulkan potensi penurunan atau pelemahan terhadap kinerja negara-negara di seluruh dunia.
Bahkan AS dengan kenaikan suku bunga acuan secara agresif turut berpotensi menghadapi ancaman resesi yang berdasarkan survei Bloomberg memiliki probabilitas resesi mencapai 40 persen.
“Mereka yang dihadapkan pada dilema kenaikan inflasi dan pengetatan moneter yang menyebabkan pelemahan ekonomi, mereka juga dihadapkan kemungkinan resesi,” kata Sri Mulyani. (ant/ito)
Load more