Jakarta - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi menguat seiring rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah dari perkiraan.
"Penguatan rupiah ditopang rilis Consumer Price Index (CPI) Amerika Serikat yang menunjukkan nilai inflasi AS bulan Juli sebesar 8,5 persen, lebih rendah dari bulan Juni," kata Analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama saat dihubungi di Jakarta, Kamis.
Menurut Revandra, laporan inflasi tersebut membuat pasar menilai bank sentral AS, Federal Reserve (Fed) berpeluang untuk lebih dovish dalam mengeluarkan kebijakan khususnya terhadap kenaikan suku bunga.
"Imbasnya, dolar mengalami pelemahan sehingga rupiah bisa mengalami penguatan," ujar Revandra.
Laporan inflasi AS pada Juli lebih rendah dari perkiraan ekonom untuk Juli 8,7 persen dan inflasi bulan lalu yang mencapai 9,1 persen.
Pelaku pasar pun memangkas taruhan bahwa The Fed akan memberlakukan kenaikan 75 basis poin ketiga berturut-turut pada September, dan sebagai gantinya akan memilih kenaikan 50 basis poin.
Sementara itu, lanjut Revandra, data-data ekonomi domestik yang relatif solid juga turut mendukung penguatan rupiah di tengah tren kenaikan inflasi di Tanah Air.
"Walaupun inflasi cukup tinggi, tapi pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai sangat baik. Secara fundamental rupiah juga masih baik," kata Revandra.
Pada Rabu (10/8) lalu, rupiah ditutup melemah 18 poin atau 0,12 persen ke posisi Rp14.871 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.853 per dolar AS. (ant/mii)
Load more