Jakarta - Sebanyak 54 persen publik tahu bahwa sedang terjadi krisis ekonomi global. Namun demikian, sebanyak 62,1 persen publik yang disurvei menilai kondisi ekonomi nasional tahun depan akan lebih baik dibandingkan tahun ini.
Hasil survei menyebutkan bahwa 54 persen publik tahu bahwa sedang terjadi krisis ekonomi global.
"Kalaupun mereka (publik) dengar tentang hal semacam itu, maka seberapa yakin informasi yang mereka terima, itu penting juga. Ternyata mereka yakin dunia memang sedang tidak baik-baik saja kondisi ekonominya, ini yang kita tangkap dari respon publik," kata Direktur Riset SMRC Deni Irvani.
Hasil survei menunjukkan masih ada 46 persen publik yang tidak tahu sedang terjadi krisis ekonomi global. Dari 54 persen yang mengetahui, menurut dia mayoritas atau 86 persen yakin bahwa banyak negara di dunia yang sedang mengalami kesulitan ekonomi.
"Hanya 10 persen yang tidak yakin dan 4 persen tidak menjawab," kata dia
Lebih jauh, survei juga menemukan bahwa ada 49 persen warga yang tahu banyak negara di dunia sekarang secara umum sedang menghadapi kesulitan, termasuk negara-negara maju, karena kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok terutama makanan dan energi seperti bahan bakar minyak dan gas.
"Yang tidak tahu sebanyak 51 persen. Dari yang tahu, 89 persen yakin banyak negara di dunia sedang menghadapi kesulitan tersebut," ucapnya.
Kemudian, lanjut Deni ketika ditanya apakah Indonesia juga sekarang sedang menghadapi masalah ekonomi seperti negara-negara lain di dunia, ada 62 persen yang menjawab memang mengalami masalah ekonomi dan 18 persen menjawab tidak mengalami.
Masih ada 20 persen yang tidak tahu atau tidak menjawab. Survei juga menunjukkan ada 71 persen warga yang menilai Indonesia juga sekarang sedang menghadapi masalah kenaikan harga-harga kebutuhan pokok terutama makanan dan bahan bakar BBM dan gas.
"Yang menjawab 'tidak' hanya 12 persen. Masih ada 16 persen yang tidak menjawab," ucapnya.
Survei dilakukan secara tatap muka pada 5-13 Agustus 2022. Populasi survei seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
Dari populasi itu, SMRC memilih secara acak dengan metode multistage random sampling 1.220 responden. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar plus minus 3,1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Pada kesempatan itu, SMRC juga menyebutkan hasil survei bertajuk survei opini publik secara nasional “Kejatuhan Sri Lanka dan Kita” menunjukkan mayoritas masyarakat optimis kondisi ekonomi nasional tahun depan lebih baik.
"Jadi saya kira ini temuan yang sangat positif tentang kondisi ekonomi rumah tangga dan juga nasional menurut persepsi masyarakat," kata Deni.
(Ilustrasi. Produk UMKM. Sumber:ANTARA)
Hasil survei menurutnya menyebutkan mayoritas warga atau sekitar 62,1 persen yang disurvei menilai kondisi ekonomi nasional tahun depan akan lebih baik dibandingkan tahun ini.
"Jauh lebih banyak dibandingkan yang mengatakan lebih buruk atau jauh lebih buruk, sebanyak 6,2 persen," kata dia.
Tren itu kata dia sama dengan kondisi atau optimisme warga tentang ekonomi nasional tahun depan ketika sebelum ada COVID-19.
SMRC juga menggelar survei tentang kondisi ekonomi rumah tangga untuk tahun depan kepada responden.
"Yang menyatakan lebih baik tahun depan dan dari pada tahun ini pada survei terakhir Agustus 2022 ada 69,5 persen. Mayoritas warga optimistis dengan kondisi ekonomi rumah tangga tahun depan, yang tidak optimis atau pesimis itu lebih sedikit, hanya 3,9 persen," ucapnya.
Dan juga, kata Deni responden yang mengatakan tidak ada perubahan tahun depan dibandingkan dengan tahun ini hanya 14, 8 persen, kemudian yang tidak tahu ada 7,8 persen.
"Tapi secara umum warga kelihatan optimistis dan itu juga hampir sama posisinya dibandingkan survei sebelum ada COVID-19 di April 2019," ujarnya. (ant/ito)
Load more