Jakarta - Krisis pangan yang semakin mendekat membuat problematika ketersediaan pangan wajib didiskusikan. Masalah krisis pangan bukan saja terjadi di Indonesia dan dunia.
Wakil Ketua DPR RI bidang Korkesra Abdul Muhaimin Iskandar (Gus Muhaimin) menyatakan saat ini dan tiga tahun ke depan situasi internasional tidak baik-baik saja. Menurutnya krisis pangan dan energi menghantui sehingga membutuhkan solusi cepat dan akurat mengatasinya.
"Presiden Jokowi sendiri sudah berkali kali menyatakan. Ada urgensi nyata agar kita Indonesia segera melakukan antisipasi dalam negeri. Ada urgensi nyata agar kita segera melakukan langkah-langkah persiapan. Tetapi pertanyaan pentingnya adalah antisipasi apa dan langkah kebijakan apa yang harus ditempuh?," tutur Muhaimin, di jakarta, Selasa (30/08/2022).
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini lantas mengutip angka prevalensi ketidakcukupan pangan dari BPS tahun 2021 sebesar 8,49%. Ia menjelaskan angka tersebut menurun dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara data Global Food Security Index (GFSI), imbuhnya, meletakkan ketahanan pangan Indonesia pada 2021 berada di bawah Singapura. Ketahanan pangan Indonesia pada 2021 pada level 59,2, sedangkan Singapura di level 77,4 dan menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara.
"Saya juga bertanya-tanya, di mana blind spot kita dalam hal pangan, di mana gap dan kesenjangan yang membuat masih belum hebat atau kita masih rawan krisis pangan," ungkap Gus Muhaimin.
Oleh sebab itu, Gus Muhaimin menyatakan dirinya punya tugas bukan hanya memantau kasus dan peristiwa, tetapi juga menilai trend yang sedang berlangsung, hasil dan efektifitas kebijakan dan institusi, serta memikirkan solusi solusi kebijakan yang lebih relevan dan berdampak luas.
"Sebagai politisi, saya mendefinisikan politik sebagai penggunaan cara-cara sistematik untuk memajukan Politik Kesejahteraan. Kata kuncinya adalah sistematik dan kesejehteraan," katanya.
Load more