Terlebih, Ethereum bukan hanya sekadar koin namun merupakan jaringan blockchain yang banyak dimanfaatkan oleh hal lain seperti untuk NFT ataupun token token yang berjalan di atas jaringan Ethereum.
"Fase pertama upgrade ini diperkenalkan pada bulan Desember 2020 lalu dan berjalan paralel dengan main chain Ethereum yang disebut dengan Mainnet. Fase ini merupakan fase peluncuran Beacon Chain. Fase kedua yaitu fase The Merge di mana Mainnet dan Beacon Chain digabungkan dan jaringan Ethereum pun mulai beroperasi menggunakan mekanisme Proof-of-Stake (PoS)," kata Oscar.
Fase ketiga sekaligus fase terakhir dari Ethereum 2.0 disebut dengan sharding, yang kemungkinan besar akan diluncurkan pada tahun 2023, di mana ketika sharding telah terjadi, Ethereum akan dapat menangani ribuan transaksi per detik.
Dengan adanya sharding, Oscar berharap akan berpengaruh pada penurunan gas fee, karena selama ini, mahalnya gas fee merupakan kekurangan dari Ethereum itu sendiri.
Menurut Oscar, pergerakan harga Ethereum selama tiga tahun terakhir memang dipenuhi dengan volatilitas yang tinggi namun sebenarnya dari tahun ke tahun kemajuannya cukup mengesankan jika dilihat secara jangka panjang.
"Pada tahun 2021, Ethereum menunjukkan tren yang positif dengan mengalami all time high lebih dari satu kali. Meskipun per hari ini harga Ethereum masih berada di kisaran 24 juta rupiah per satu Ethereum, saya yakin dengan perubahan yang dibuat oleh Ethereum harga kripto ini pun akan naik secara bertahap di kemudian hari karena Ethereum masih menjadi pilihan utama dalam berinvestasi aset kripto," ujar Oscar. (ant/put)
Load more