Jakarta - Amerika Serikat menjadi penyumbang terbesar surplus pada neraca perdagangan Republik Indonesia tahun 2022.
Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan mengungkap bahwa dari capaian angka surplus tersebut, Amerika menjadi penyokong surplus terbesar.
"Amerika Serikat menjadi penyumbang surplus terbesar dengan nilai sebesar USD 1,11 miliar," ungkap Mendag Zulhas, Rabu (18/1/2023).
Kemudian, diikuti oleh negara India yang menyumbang sebesar USD 0,98 miliar.
"Dan ketiga Filipina yang menyumbang sebesar USD 0,87 miliar," tuturnya.
Namun demikian, menurut Mendag, kinerja ekspor menjadi penyokong utama dalam mencapai neraca dagang dengan nilai sebesar ini.
"Ini didorong oleh kinerja ekspor 2022 yang juga mencetak rekor baru dengan nilai sebesar USD 291,98 miliar," kata Zulhas.
Dia menjelaskan bahwa pada Desember 2022 lalu, nilai ekspor Indonesia mencapai USD 23,83 miliar.
Kendati demikian, nilai tersebut terbilang turun 1,10 persen dibanding November 2022 month to month (MoM).
"Namun tetap terbilang naik 6,58 persen dibanding Desember 2021 year of year (YoY)," ujarnya.
Menurut dia, penurunan disebabkan melemahnya ekspor nonmigas sebesar 2,73 persen MoM. Sedangkan ekspor migas tetap naik sebesar 32,46 persen MoM.
Dia mengatakan, penurunan nilai ekspor nonmigas Desember 2022 terjadi karena adanya pelemahan pada seluruh sektor.
"Pada periode ini, ekspor sektor pertanian turun sebesar 12,09 persen, ekspor sektor industri pengolahan turun sebesar 1,12 persen, dan ekspor sektor pertambangan mengalami pelemahan sebesar 6,61 persen MoM," paparnya.
Lebih lanjut, dia menyebut, pelemahan ekspor Desember 2022 dipicu penurunan ekspor beberapa produk.
Antara lain kopi, teh, dan rempah-rempah (HS 09) turun 22,11 persen, bahan kimia anorganik (HS 28) turun 20,90 persen, logam mulia, perhiasan/permata (HS 71) turun 11,61 persen, pakaian dan aksesorinya (rajutan) (HS 61) turun 10,67 persen, serta lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) yang turun 9,47 persen MoM.
"Di tengah pelemahan ekspor ini, terdapat beberapa produk utama ekspor nonmigas yang masih mengalami peningkatan cukup signifikan," katanya. (rpi/ebs)
Load more