Pendirian organisasi ini tidak lepas dari nasihat beberapa kiai pengasuh pesantren serta petunjuk guru KH Hasyim Asy’ari, KH Kholil bin Abdul Latif Bangkalan. Nahdlatul Ulama atau NU berdiri sebagai bentuk respon dari situasi dunia Islam kala itu yang sedang dilanda pertentangan paham.
Kala itu ada pertentangan paham antara paham pembaharuan dengan paham bermadzhab. Sementara NU hadir dengan pemikiran yang lebih moderat. Pada masa penjajahan, KH Hasyim Asy’ari juga tidak tinggal diam untuk turut andil melawan penjajah. Beliau termasuk sebagai salah satu sosok yang bisa membuat Belanda serta Jepang segan.
Bahkan ketika masa penjajahan Belanda, KH Hasyim Asy’ari pernah dianugerahi bintang jasa. Namun bintang jasa tersebut justru ditolak oleh KH Hasyim Asy’ari.
Sebagai seorang pemikir ulung, KH Hasyim Asy’ari juga memiliki karya yang luar biasa. Dilansir dari laman Tebuireng Online, beberapa kitab buatan KH Hasyim Asyari yang dipelajari di pesantren-pesantren Indonesia, antara lain:
KH Hasyim Asyari diberikan gelar Hadratussyaikh oleh sebgaian besar orang. Gelar tersebut diperuntukkan bagi ulama yang dinilai memiliki kaulifikasi keilmuan tinggi, khususnya ilmu hadist.
Dilansir dari laman Tebuireng Online, KH Hasyim Asyari hafal kutubus sittah yang mencakup kitab Hadist Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Tirmidzi, Sunan Abu Daud, Sunan Nasai, dan Sunan Ibu Majah, baik secara matan maupaun sanadnya.
Load more