Kendari, Sulawesi Tenggara – Berbagai cara dilakukan warga di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara untuk tetap bertahan hidup di tengah pandemi Covid-19. Seolah banting setir asal, nelayan dan pegawai bank di Kota Kendari mencoba mencari pundi-pundi rupiah dengan mengolah limbah kayu menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi.
Dengan tekun, keduanya memilah dan milih limbah kayu bekas dari pengiriman dan bongkar muat barang melalui container. Setelah dipilah, kayu lalu dibersihkan dari paku menggunakan linggis kemudian dihaluskan dan dipotong sesuai ukuran meja atau kursi yang akan dibuat.
“Awalnya kami terispirasi dari banyaknya kayu yang terbuang di lokasi bongkar muat container, kami lihat potensi itu dan kami manfaatkan” Ungkap Riyan
Riyan menambahkan jika penghasilan mereka cukup meroket selama pandemi Covid19 melanda
“ Alhamdulillah hasilnya kami sudah bisa beli tanah dan beli rumah . Bismilah kami akan terus maju sama-sama dan semoga usaha ini bisa besar.” harap Riyan.
Setelah menjadi kursi, meja atau jenis meubel lainya, pada tahap akhir mereka melakukan finising dan pengecatan kayu yang dilanjutkan dengan pernis untuk melindungi kayu agar lebih awet dan tahan lama.
Harga satu set meja dan kursi makan yang mereka buat dibandrol dengan harga Rp.650 ribu rupiah dan termahal Rp1,8 juta rupiah. Sementara, limbah kayu yang dibuat dekorasi dibandrol dengan harga mulai Rp20 ribu rupiah hingga Rp200 ribu rupiah.
Kedua pengrajin ini merupakan mantan karyawan bank swasta dan nelayan yang membanting stir saat pandemi covid19 melanda kota kendari. Sudah tiga tahun mereka merintis dunia usaha ini dan dapat meraih omset hingga 20 juta perbulan.
Untuk diketahui, dalam sepekan mereka mampu membuat delapan set perabot rumah tangga dan puluhan benda dekorasi rumah tangga lainnya. Bahkan, hampir setiap hari pesanan selalu datang dari luar daerah seperti dari Kabupaten Konawe, Muna, Bombana ,Buton Utara dan Kolaka. (Erdika Mukdir/mii)
Load more