Bojonegoro, Jawa Timur - Pandemi covid -19 memukul berbagai sektor usaha. Namun hal tersebut tidak berlaku untuk Sri Utami, perajin tas anyaman plastik di Bojonegoro, dalam kondisi pandemi malah membuat usahanya maju pesat.
Sri Utami mampu melipatgandakan modal awal, yang hanya sebesar Rp 200 ribu menjadi Rp 15 juta dalam sebulan.
Warga Jalan Brigjen Sutoyo, Desa Sukorejo, Kecamatan Kota Bojonegoro ini, semenjak diberlakukannya PPKM dipertengahan 2020, mulai menekuni kerajinan tas anyaman plastik.
"Awalnya saya itu kalau belanja ke pasar, cuma bawa kantong plastik (kresek) terus. Waktu ketemu teman bawa tas anyaman plastik kok bagus. Akhirnya saya membeli ke tempat dia, ternyata teman saya itu bisa menganyam, dari situ saya tertarik belajar," ujar Sri.
Dari pengalaman tersebut, Sri Utami mencoba dan berhasil membuat satu tas anyaman, karyanya sendiri.
"Itu dulunya ya belajar kesana kemari, studi banding juga kemana-mana untuk nambah wawasan dan keterampilan," imbuhnya.
Keinginan yang kuat meski terbatas modal, Sri juga menggunakan strategi pemasaran via media sosial untuk menjual tas anyaman karyanya.
Tas anyaman plastik dengan merk IKITASQ, sudah mendapatkan pasar di berbagai kota besar, seperti Bandung, Jakarta, dan Gresik.
Harga jual tas anyaman plastik ini variatif, dibanderol dari harga paling murah Rp 15 ribu hingga paling mahal Rp 125 ribu, tergantung tingkat kesulitan anyaman.
Berjalan hampir dua tahun , Sri Utami berhasil mendapatkan omzet Rp 15 juta, dan diakui paling sepi mendapatkan omzet Rp 8 juta.
Dengan keuletan, Sri Utami mampu bertahan di tengah pandemi ini. Sri juga telah menciptakan lapangan pekerjaan untuk tetangganya, sebagai tenaga perajin.
Tas anyaman plastik ini dikerjakan manual, tanpa menggunakan alat atau mesin. Hanya didukung cetakan untuk ukuran tas, yang terbuat dari kayu sehingga mudah dikerjakan oleh para ibu rumah tangga. (Dewi Rina/rey)
Load more