Cianjur, Jawa Barat – Seorang sopir taksi asal Cianjur, Jawa Barat, yang sehari-hari banting tulang di Jakarta, kini banting setir menjadi perajin lampu hias paralon. Sebab, penghasilannya sebagai sopir selama pandemi, merosot tajam.
Lili Suherli (55) terpaksa pulang ke kampung halamannya di Kampung Pertani, Desa Kademangan, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat setelah 12 tahun bekerja di Jakarta.
"Sebelum Covid pendapatan saya satu hari bisa Rp700 ribu, tapi selama covid terjadi pendapatan saya terus merosot. Satu hari cuma dapat Rp200 ribu. Akhirnya saya putuskan pulang kampung dan cari pekerjaan lain," ujar Lili kepada tvonenews.com
Lili melanjutkan, setelah pulang kampung dirinya sempat terpuruk karena tidak punya penghasilan. Namun dia tidak patah semangat. Lili kemudian mencoba membuat lampu hias dari paralon yang awalnya hanya untuk pajangan di rumah. Karena hasilnya yang cantik, istrinya mempromosikan lampu hias itu melalui media sosial dan status WhatApp.
"Saya sempat terpuruk karena tidak ada penghasilan tapi dapur, kan, harus ngebul. Saya coba bikin kerajinan lampu hias dari paralon. Awalnya untuk pajangan di rumah tapi sama istri diposting ke Facebook. Tenyata banyak yang resposn dan pesanan pertama dari kerabat dekat," tuturnya.
Setelah mulai mendapat pesanan Lili kemudian mulai menggeluti kerajinan lampu hias ini. Berbekal mesin ukir bor, gergaji, gerinda, compressor, dan bahan baku utamanya—paralon, dirinya mulai membuat lampu hias berkarakter seperti kaligrafi, binatang, sampai karikatur wajah sesuai pesanan.
Lili menjual satu lampu berkisar dari harga Rp100 ribu sampai Rp300 ribu tergantung kesulitan dalam pembuatannya.
"Tergantung dari tingkat kesulitannya, ya," ucapnya.
Dia melanjutkan, selain di dalam negri, pesanan lampu hias unik ini mulai merambah ke Eropa. Dalam satu bulan Lili mengaku meraup omset dari usahanya ini mencapai Rp7 juta perbulan.
"Kalau pesanan untuk luar kota Cianjur kadang naik dan turun mereka pesan biasanya buat pajangan di kafe atau penghias dinding rumah dan ada juga yang pesan dari Eropa dari warga Indonesia yang tinggal di sana," akuinya.
Kini melihat omset setiap bulan sudah bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya, bapak tiga anak ini kini bertambah semangat menggeluti kerajinan unik ini.
“Alhamdulillah setiap bulan omsetnya bisa cukupi kebutuhan kami sekeluarga dan
Load more