Banjar, Jawa Barat - Pemandangan langka tampak di dusun Ciaren, desa Balokang, Banjar, Jawa Barat. Anak-anak, orang tua dan pemuda terlihat riuh di lapangan Gilang Sundari. Alunan musik tradisional iringi mereka bermain beragam permainan warisan nenek moyang yakni kaulinan budak buhun.
Tokoh masyarakat setempat sengaja menggelar permainan tradisional ini untuk mengisi hari tanpa gawai atau perangkat elektronik seperti ponsel. Seluruh permainan ini dilakukan tanpa alat pendukung dan hanya mengandalkan anggota tubuh.
Beragam permainan budak buhun diikuti dengan ceria oleh anak-anak, orang tua, dan pemuda diantaranya perepet jengkol, paciwit lutung, oray-orayan dan sepdur.
Permainan dilakukan secara individu dan berkelompok. Bagi anak-anak kini, permainan tersebut bisa dibilang baru dilakukan, namun tidak bagi orang tua yang bernostalgia dengan masa lalu melalui kaulinan budak buhun.
“Semua permainan tradisional ini digelar tanpa kuota dan pulsa namun terbukti menyenangkan,” tutur penyelenggara, Ervan Rustandi kepada tvonenews.com
Bagi warga yang ingin mengikuti kaulinan budak buhun ini, dilarang membawa perangkat elektronik seperti ponsel. Lantaran sudah banyak yang lupa cara memainkannya, semua permainan ini dipandu oleh budayawan dan seniman setempat.
Konon pada setiap permainan terdapat makna kehidupan yang bisa diresapi dan diterapkan sehari-hari. Seperti permainan paciwit lutung yang memiliki falsafah saling menjaga dan tidak saling melukai sesama manusia. Sementara permainan perepet jengkol memiliki falsafah saling membantu dan kompak.
Permainan kaulinan budak buhun ini digelar setiap pekan dan gratis. Penyelenggara berharap warga terutama anak-anak bisa melepas ketergantungannya terhadap gawai seperti handphone dan komputer.
Selain mencoba melepas ketergantungan terhadap gadget, pagelaran kaulinan budak ini juga sebagai upaya melestarikan budaya warisan nenek moyang.
“Jangankan anak-anak sekarang, orang tua saat ini juga sudah banyak yang lupa cara bermain kaulinan budak buhun, kalau bukan kita siapa lagi yang akan melestarikan budaya ini,” tandas Ervan.
Rencananya, tokoh masyarakat setempat akan menggelar tradisi budaya lainnya seperti alimpaido yakni miniatur beragam perlombaan ala Olimpiade dengan peserta anak-anak SD, SMP, dan SMA. Alimpaido merupakan perlombaan tradisional seperti galah asin, gatrik, gobak sodor dan ucing sumput. (aditya/afr)
Load more