Jakarta - Akhir pekan lalu, jagat maya kembali dihebohkan dengan live video di TikTok yang memperlihatkan seorang pria mengakhiri hidupnya. Kali ini dilakukan oleh seorang pria di sebuah rumah susun di sebuah rumah susun di Bidara Cina, Jatinegara, Jakarta Timur.
Ini bukan pertama kalinya seorang pria mengakhiri hidupnya secara live di media sosial. Fenomena ini pun tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di dunia.
Secara statistik, jumlah kasus pria bunuh diri lebih banyak daripada perempuan. Jika perempuan lebih rentan mengalami “suicidal thought” atau pikiran untuk bunuh diri, pria lebih mungkin untuk benar-benar mengakhiri hidupnya, tidak sekedar pikiran.
“Betul untuk yang meninggal, laki-laki lebih banyak karena laki-laki paling banyak melakukan bunuh diri yang komplit atau “committed suicide”. Tapi untuk percobaan bunuh diri, perempuan lebih banyak melakukannya,” tutur Psikiater dr. Nalini Muhdi SpKJ(K) Webinar Peringatan Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia, Sabtu (11/9).
Menurut dr. Nalini, faktor resiko mengapa seseorang terlintas untuk mengakhiri hidupnya sendiri, diantaranya adalah adanya riwayat keluarga dengan psikiatri dan juga adanya riwayat percobaan bunuh diri sebelumnya.
Orang yang beberapa kali bahkan sering melakukan percobaan bunuh diri, maka kemungkinan dirinya untuk melakukan bunuh diri yang komplit atau “committed suicide” akan semakin tinggi. Hal ini yang menurut dr. Nalini tidak boleh diabaikan dan dianggap sepele.
Namun, dr. Nalini mengatakan, 50 persen dari laki-laki yang melakukan bunuh diri justru tidak pernah melakukan percobaan bunuh diri sebelumnya.
Laki-laki cenderung melakukan bunuh diri dengan cara-cara yang fatal seperti lompat dari gedung tinggi, gantung diri, hingga menabrakan diri ke kereta api.
Selain itu, faktor depresi berat yang tidak ditangani juga menjadi salah satu resiko tinggi alasan seseorang melakukan bunuh diri.
Selanjutnya ada “hopelessness” atau keputusasaan. Penyalahgunaan atau adiksi obat-obatan terlarang dan alkohol juga merupakan salah satu penyebab seseorang melakukan bunuh diri.
Pada anak muda sekarang ini, salah satu faktor resiko yang juga sangat tinggi adalah adanya gangguan kepribadian.
Dokter Nalini mengingatkan semua pihak bahwa faktor-faktor yang membuat seseorang memutuskan untuk bunuh diri itu sangat kompleks sehingga tidak boleh disimplikasi begitu saja.(awy)
Disclaimer: Artikel ini tidak bertujuan untuk menginspirasi tindakan bunuh diri. Bagi pembaca yang memerlukan layanan konsultasi masalah kejiwaan atau pernah terbesit keinginan melakukan percobaan bunuh diri, segera lakukan konsultasi dan memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jiwa. Hubungi hotline pencegahan bunuh diri Kemenkes di nomor 021-500-454.
Load more