Jakarta - Belakangan ini jagat maya diramaikan oleh sebuah video dimana terlihat para santri sedang berada di sebuah aula sambil menutup telinga. Diduga para santri itu menutup telinga karena tidak ingin mendengar musik yang sedang diputar oleh penyelenggara vaksin.
Dalam video berdurasi 23 detik itu perekam video yang diduga merupakan ustaz dari santri-santri itu mengatakan bahwa para santri sedang mengantre untuk melakukan vaksinasi Covid-19.
"MasyaAllah santri kami sedang antre untuk vaksin, Qodarullah.. di tempat vaksin ini ada musik, maka lihat para santri menutup kuping mereka agar kuping mereka tidak mendengar musik ini," kata perekam video.
Diketahui, video santri tutup telinga tersebut diunggah di media sosial Twitter oleh akun @David_Wijaya03 pada Minggu (12/9) malam, dengan disertai tulisan "Ada yang tahu ini dari santri mana? Lebay banget sampai menutup kupingnya. Indoktrinasi mengharamkan musik ini gak beda jauh dengan Taliban, ISIS, Al Qaeda & Wahabi Takfiri," tulis David dalam postingannya.
Tentu, beredarnya video santri tutup telinga tersebut telah menuai reaksi yang beragam. Tak terkecuali, Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), M Ziyad memberikan komentarnya dan meminta masyarakat untuk tidak nyinyir. Kendati demikian, Ziyad mengaku belum tahu pasti lokasi para santri yang menutup telinga saat disuntik vaksin Covid-19 itu.
Sebab, perlu dilihat secara proporsional apakah betul para santri tutup telinga itu sekedar menghindari dari suara bisingnya musik atau menjaga konsentrasi hafalan Alquran.
Lantas, apakah musik memiliki pengaruh terhadap hafalan seseorang?
Dilansir dari European Journal of Social Sciences Education and Research berjudul The Impact of Music in Memory (2017) oleh Arian Musliu dan sumber lainnya dilakukan eksperimen yang diawali dengan tes pertama terdapat 50 suku kata yang tidak masuk akal untuk mengarah ke fase percobaan berikutnya. Selanjutnya, memisahkan siswa menjadi 3 kelompok dengan jumlah suku kata yang tidak benar dan hampir sama dari tes pertama.
Kelompok pertama mengerjakan tes tanpa musik sama sekali dan diam, kelompok kedua mengerjakan tes dengan musik lirik dan kelompok ketiga dengan musik santai. Ketiga kelompok memiliki 5 menit untuk masing-masing 3 tes berbeda untuk menghafal 50 suku kata tidak masuk akal lainnya (termasuk 3 suku kata yang sama), 12 baris dari puisi dan 50 urutan angka yang berbeda, kemudian menuliskan berapa banyak yang mereka hafal.
Musiknya sama selama fase menghafal dan diulang selama fase menulis dengan volume yang sama dan dengan headphone menyala.
Berdasarkan hasil eksperimen tersebut, terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa yang menghafal dengan musik dan tidak. Diketahui musik mempengaruhi memori secara negatif sehingga siswa mampu menghafal lebih baik tanpa musik.
Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa diam adalah faktor kunci untuk menghafal. Para peneliti juga merekomendasikan untuk tidak mendengarkan musik ketika membaca, apalagi jika tujuannya adalah untuk menghafalkan bacaannya. (adh/ito)
Load more