Surabaya, Jawa Timur - UMKM Batik Ecoprint dengan motif dan corak yang dibuat dari dedaunan, serta bahan pewarna alami, tetap bertahan di tengah pandemi Covid-19. Peminatnya semakin bertambah dengan pemasaran online. Momentum peringatan hari batik nasional yang jatuh pada tanggal 2 Oktober, menjadikan Yayuk Eko Agustin dan suaminya Didik Edi Susilo bersemangat untuk terus bertahan dan berkarya mengembangkan UMKM miliknya. Batik Ecoprint Namira karyanya memiliki kekhasan. Desain motif dan corak dibuat dari berbagai jenis daun dan bahan pewarna alami, sehingga ramah lingkungan. Rumah Yayuk di Jalan Kedung Asem Indah Blok G no 7 Surabaya, disulap menjadi gerai, untuk memajang semua hasil karyanya. Proses pembuatan Batik Ecoprint ini cukup sederhana, dengan modal murah karena bahan dasarnya mudah didapat.
“Jika sudah jadi, Batik Ecoprint ini indah. Motif dan corak daunnya natural, kesannya klasik elegan,” ungkap Rita, salah seorang pelanggan Ecoprint Batik Daun.
Rani, salah seorang pengunjung lainnya cukup takjub saat melihat proses pembuatan Batik Ecoprint ini.
“Sepertinya cukup mudah ya membuatnya. Tinggal nyiapin kain dan daun untuk membuat motif dan coraknya, lalu cairan pewarnanya ramah lingkungan. Kayaknya aku ingin mencoba membuatnya di rumah, “ ujar Rani.
Bagi Yayuk mendirikan UMKM Batik Ecoprint ini butuh perjuangan agar tetap eksis.
“Diluar dugaan peminatnya cukup banyak. Tak hanya di Indonesia, karyanya ini juga diminati warga Brunei Darussalam dan Malaysia. Mereka memesan batik ini setelah melihat motif batiknya yang unik di media online,” ujar Yayuk
Saat ini, Yayuk bersama suaminya, dibantu sejumlah karyawan terus berkarya dan berkreasi menggeluti Batik Ecoprint. Kain batik ini bisa dijadikan kemeja, gaun, jubah, bawahan, kerudung, jaket, tas dan sandal. Harga yang ditawarkan cukup bervariasi, mulai 100 ribu rupiah sampai jutaan rupiah, tergantung dari motif dan bahan kainnya. (Sandi Irwanto/hen)
Load more