Jakarta, tvOnenews.com - Kegemukan atau obesitas akan semakin tinggi mengalami resiko komplikasi penyakit. Hal tersebut diungkapkan Dokter spesialis penyakit dalam yang merupakan pengurus Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) ) Dr. dr. Em Yunir, SpPD.
Ada beberapa tingkatan atau stadium saat seseorang menjadi gemuk hingga kegemukan atau obesitas. Pada tahap awal, biasanya tidak ada gambaran kegemukan. Kemudian ketika memasuki stadium satu, mulai ada faktor risiko subklinis terkait obesitas dan gejala fisik ringan.
Selanjutnya, saat memasuki stadium dua, muncul penyakit kronis terkait obesitas yang sudah mapan dan keterbatasan sedang dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Penyakit yang muncul terkait obesitas antara lain seperti diabetes, Obstructive Sleep Apnea (OSAS) atau gangguan pernapasan saat tidur, Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS), dan hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Kemudian pada stadium tiga, mulai terjadi kerusakan organ yang mapan hingga keterbatasan fungsional tubuh yang signifikan. Beberapa kondisi yang bisa dialami pasien seperti stroke, komplikasi pembuluh darah diabetik, hingga gagal jantung.
Lalu pada stadium empat, dapat terjadi kecacatan parah dari penyakit kronis terkait obesitas. Stadium itu pun berpotensi menjadi stadium akhir dari obesitas.
Menurut Yunir, munculnya sejumlah komplikasi saat obesitas menghampiri, karena adanya perusakan pada dinding pembulu darah.
"Mengapa timbul berbagai macam komplikasi? Umumnya adalah perusakan dinding pembuluh darah, yang berisiko terjadinya stroke, terjadinya pendarahan pembuluh darah, sumbatan penyakit jantung koroner, dan seterusnya," ujar Yunir.
Obesitas, menurut Yunir, tidak hanya soal kelebihan berat badan, tapi, juga disertai dengan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan diabetes atau hiperglikemia.
Untuk mencegah obesitas, Yunir menganjurkan untuk menjaga berat badan dengan menyeimbangkan antara asupan kalori dengan aktivitas fisik dan latihan jasmani, membatasi asupan makanan yang tidak sehat, membatasi screen time (penggunaan gawai) dan kegiatan-kegiatan lainnya yang dilakukan dengan duduk terlalu lama dalam satu waktu, tidur yang cukup dan berkualitas, dan kurangi stres.
"Kalau kita secara fisik masih mampu berlari, jogging, berenang, ini adalah hal-hal yang kita sarankan. Ini dapat membakar kalori cukup banyak dan memberi kebugaran pada tubuh dengan lebih tinggi dibandingkan aktivitas permainan seperti badminton atau tenis," kata Yunir.
Latihan jasmani tersebut, kata Yunir, sebaiknya dilakukan selama 3-5 kali per minggu dengan durasi 30-45 menit. Dia juga menyarankan jeda antar latihan tidak boleh lebih dari dua hari berturut-turut. (ant/mii)
Load more