Jakarta, tvOnenews.com - Istilah toxic person akhir-akhir ini populer di kalangan gen Z. Meskipun istilah itu sudah populer sebelumnya. Populernya kembali istilah toxic person ini, tak lain karena istilah ini kerap dibahas dan disebut ketika mereka berdiskusi dan nongkrong bareng di sebuah cafe, atau tempat lainnya.
Akan tetapi, istilah toxic person ini pun masih belum mengetahuinya. Tak hanya itu saja, apa yang menyebabkan orang bisa alami toxic person serta dampaknya pun masih banyak yang belum tahu.
Dalam program Hidup Sehat di tvone, Spesialis Kejiwaan, dr. Nova Riyanti Yusuf, Sp.KJ, katakan, toxic person itu adalah seorang yang perilakunya bisa membuat manusia merasa tidak nyaman, kesal merasa mempertanyakan harga diri, dan mempertanyakan nilai dirinya.
"Toxic person bisa seorang korban bullying atau pelaku. Bisa juga mereka yang terlalu kepo dengan urusan lain kemudian menceritakan ke orang banyak, atau justru orang yang terlalu sering diabaikan. Selain itu, bisa juga terjadi pada orang yang positif biasanya berupa nasihat toxic positivity," kata Spesialis Kejiwaan, Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, Sp.KJ seperti yang dilansir dari kanal YouTube, Jumat (18/8/2023).
Sementara itu, Nova Riyanti Yusuf katakan, penyebab dari toxic person ini terjadi ketika adanya hubungan di antara dua orang.
"Kita harus tahu bahwa toxic ini dua orang saling terhubung dalam interaksi yang mana tidak ada kebutuhan kepedulian yang setara di antara keduanya, lebih kepada hubungan ini mengakomodir tuntutan individu yang merupakan toxic person," ucap Nova Riyanti Yusuf.
Sambungnya menjelaskan bahwa sering kali orang yang dikatakan toxic person itu sebenarnya punya stres atau trauma yang sebenarnya tidak bisa dia kelola.
"Dan bisa juga ada proses di masa lalu di mana masa perkembangan masa kanak awal mengalami disturbsi atau gangguan sehingga menyebabkan terbentuknya kepribadian yang toxic," ungkap dia.
Lebih lanjut dijelaskannya, disturbsi atau gangguan yang menyebabkan orang menjadi toxic itu di antaranya karena orang tua berpisah, proses caregiving masa kecilnya tidak ada kejelasan.
"Ada trauma masa kecil, penelantaran di masa kecil atau misalnya ada anak-anak yang tidak dididik atau diajarkan sama sekali tentang bagaimana cara dirinya meregulasi diri sendiri," pungkasnya.
Misalnya, ia contohkan, adalah anak manja yang tidak pernah diajarkan untuk sabar, menghormati orang lain. Masalah-masalah yang tumbuh pada masa kanak awal tersebut bisa menghambat perkembangan sosial.
"Di samping menghambat perkembangan psikologi padahal hal ini dibutuhkan seseorang sehingga dewasanya bisa menjadi seseorang yang emosinya stabil, bisa mempunyai batasan diri yang baik, punya empati terhadap orang lain, punya kemampuan meregulasi dirinya," kata Nova.
Berikutnya, dari berbagai sumber, ada 4 dampak orang yang sering alami toxic relationship.
1. Memiliki Sikap Negatif
Seseorang yang menjalani toxic relationship cenderung tidak merasakan kebahagiaan dalam hubungan asmaranya.
Kondisi ini kadang membuatmu merasa terjebak dan tidak berbuat apa-apa. Bahkan, membuat hanya bisa meratapi diri sendiri dengan suasana hati yang terus bersedih.
2. Trauma psikologis
Jika Anda sudah memutuskan hubungan dan mengakhiri hubungan dengan pasangan, Anda akan mulai memiliki pandangan hidup yang berbeda. Sebelum memulai hubungan asmara tersebut, kamu memiliki kegembiraan dan optimisme.
Akan tetapi, kini setelah hubungan berakhir, Anda hanya diselimuti oleh perasaan cemas, ketakutan, dan ketidakpercayaan.
Anda mungkin menjadi sinis terhadap cinta dan hubungan asmara. Bahkan, perubahan ini dapat menjauhkanmu dari orang-orang sekitar. Anda juga cenderung bergumul dengan perasaan bersalah, kesepian, dan bentuk tekanan emosional lainnya yang biasanya terjadi setelah putus cinta. Trauma psikologis semacam itu sulit untuk dihilangkan.
3. Melelahkan Secara Emosional
Terus berada dalam toxic relationship dapat menguras begitu banyak emosi. Alih-alih membahagiakan diri sendiri, kamu justru terlalu memperhatikan kebahagiaan pasangan.
Mereka terus-menerus membawamu ke dalam drama mereka yang hanya membuatmu meresa semakin lelah secara emosional. Bahkan, kondisi tersebut dapat memicu stres dan depresi.
4. Berdampak dengan Kondisi Kesehatan
Tidak hanya memengaruhi kondisi mental Kawan Puan, terus berada dalam toxic relationship juga akan berdampak pada kondisi kesehatanmu. Berada dalam toxic relationship sering mengakibatkan risiko masalah jantung, kadar gula darah, tekanan darah yang lebih tinggi, dan sistem kekebalan yang melemah.
Kelelahan yang berlebihan dan energi yang rendah juga umum terjadi, mengingat stres dan kecemasan yang dialami kebanyakan orang dalam toxic relationship. (aag)
Load more