Setiap orang terkadang dilanda rasa kesepian. Kesepian merupakan sebuah keadaan di mana seseorang merasa hampa, sendirian, dan tidak diinginkan. Para ahli sepakat bahwa rasa kesepian merupakan keadaan mental, bukan fisik. Maka dari itu banyak orang yang merasa kesepian padahal dirinya sedang berada di tengah keramaian atau di tengah orang-orang terdekatnya.
Mengapa orang kesepian?
Kesepian bisa terjadi karena beberapa alasan. Misalnya, anda mungkin merasa kesepian jika:
Saat anda menyesuaikan diri dengan keadaan baru ini, perasaan kesepian mungkin berlalu, tetapi terkadang perasaan kesepian bertahan lebih lama. Bagi sebagian orang, tidak selalu mudah untuk membicarakan tentang perasaan kesepian. Bagi orang-orang yang sulit terbuka kepada orang lain, resiko kesepian akan lebih parah.
Selain itu, kurangnya koneksi yang intim dengan orang-orang sekitar seperti keluarga dan teman juga berkontribusi pada kesepian. Itulah sebabnya banyak orang yang dapat merasa kesepian bahkan tidak memiliki teman dekat.
Banyak bukti penelitian yang menyebutkan bahwa kesepian tidak hanya berpengaruh kepada kehidupan sosial tapi juga buruk bagi kesehatan. Kesepian bahkan dikaitkan dengan peningkatan resiko gangguan mood seperti depresi, gangguan kecemasan, stress, dan gangguan tidur.
Baru-baru ini, sekelompok peneliti mengatakan efek bahaya dari kesepian dan mengingatkan kepada masyarakat, para profesional kesehatan, dan juga pemerintah untuk menganggap kesepian sebagai masalah kesehatan yang harus ditanggapi serius.
Kesepian juga dinilai menjadi salah satu penyebab peningkatan resiko demensia di hari tua. Dikutip dari healtline, saat ini lebih dari 45 juta orang di dunia mengidap demensia.
Salah satu gejala awal demensia adalah penurunan kognitif, penurunan bertahap dalam fungsi tingkat tinggi seperti memori dan pemecahan masalah. Para peneliti menemukan bahwa kesepian menyebabkan fungsi eksekusi yang lebih buruk (pengambilan keputusan, perencanaan, dan logika).
Studi yang dirilis oleh para peneliti ini melibatkan 8.300 orang dewasa berusia 65 tahun atau lebih selama rentang 12 tahun. Setiap dua tahun, para peserta datang untuk tes memori. Para peneliti juga mengukur usia, jenis kelamin, ras, kekayaan, pendapatan, kondisi kesehatan, kekuatan jaringan sosial, dan tingkat depresi.
Satu dari enam peserta melaporkan sering merasa kesepian. Dari individu yang kesepian ini, hampir setengahnya mengalami depresi tingkat tinggi. Selama 12 tahun, para peneliti mengatakan orang yang kesepian mengalami penurunan kognitif pada tingkat 20 persen lebih cepat daripada orang yang tidak kesepian.
Dengan pemindaian MRI, para peneliti menemukan bahwa kesepian meningkatkan cedera materi putih pada otak dan mengurangi volume otak, yang merupakan gejala awal demensia. Oleh karena itu, kesepian terlibat dalam tahap awal penurunan kognitif dan mempercepat perkembangan demensia.
Meskipun studi ini tidak menggali mekanisme biologis tentang bagaimana kesepian dan penurunan kognitif saling terkait, peneliti merencanakan studi lanjutan. Namun, studi ini menduga keterkaitan tersebut mungkin bukanlah menjadi penyebab, melainkan dua gejala dari akar masalah yang sama.
Menurut peneliti, kesepian mungkin merupakan salah satu tanda atau gejala adanya stres. Jika stres psikososial adalah sesuatu yang dialami seseorang, mereka mungkin akan mendiagnosanya sebagai kesepian. Hal tersebut dapat diasosiasikan dengan masalah kesehatan seseorang.
Stres psikososial tidak jauh berbeda dengan bentuk stres lainnya, seperti kelaparan, kurang tidur, atau kekerasan fisik. Segala bentuk stres, pada akhirnya, membawa efek yang sama di otak.
Peneliti menyebutkan bahwa stres memiliki efek pada otak dan juga dapat meningkatkan peradangan yang berefek pada kesehatan masyarakat. Hal ini dapat menjelaskan mengapa banyak konsekuensi kesehatan yang merugikan dari rasa kesepian dan depresi, termasuk resiko demensia di hari tua.
Faktor genetik berperan
Selain faktor stres dan kesepian, para peneliti juga memantau pengaruh faktor resiko kesepian dan resiko demensia. Dalam jurnal Neurology pada 7 Februari 2022, para peneliti Amerika Serikat yang tergabung dalam Framingham Study mengatakan dalam beberapa studi sebelumnya, alel apolipoprotein E gene (APOE ε4) dikaitkan dengan risiko demensia yang lebih tinggi.
Tapi, pada partisipan di bawah 80 tahun yang tak memiliki APOE ε4, kesepian meningkatkan risiko demensia hingga tiga kali lipat. Lemahnya pengaruh APOE ε4 dalam hubungan antara kesepian dan demensia pada partisipan berusia 79 tahun ke atas diduga akibat faktor genetik, dan usia yang lebih mungkin menyebabkan demensia.
Meskipun dari penelitian di atas indikator awal demensia masih samar, maka hubungan antara kesepian dan resiko demensia masih harus diteliti lebih dalam lagi. Namun, jika dilihat dari penelitian tersebut, kesepian dapat meningkatkan resiko demensia. Maka penting untuk menangani masalah kesepian agar tidak dapat meminimalisir resiko demensia.(awy)
Load more