Seseorang yang mengalami kesulitan dalam penglihatan jarak jauh atau rabun, diartikan sebagai pemilik mata miopi atau yang sering dikenal dengan istilah mata minus. Miopi adalah salah satu kelainan refraksi mata.
Refraksi mata merupakan proses masuknya cahaya dari bagian depan mata, yaitu kornea, pupil serta retina yang nantinya dibiaskan tepat pada retina untuk membantu mata agar bisa melihat objek secara jelas.
Namun terkadang, proses ini tidak terjadi secara sempurna di setiap mata seseorang, mata tidak dapat memfokuskan cahaya di tempat yang seharusnya, yaitu retina mata. Kondisi inilah yang disebut dengan miopi atau mata minus.
Ternyata memiliki kelainan ini dapat beresiko tinggi untuk mengalami penyakit komplikasi seperti katarak, pembuluh darah yang pecah atau robeknya retina. Terutama untuk mata yang berminus besar.
Rupanya, masalah mata ini ada kaitannya dengan proses melahirkan yang dialami oleh wanita. Dalam melahirkan terdapat dua proses, yaitu lahiran secara normal dan lahiran secara cesar.
Ada rumor mengatakan, bahwa wanita yang memiliki mata minus tidak bisa melahirkan secara normal, apakah itu mitos? atau fakta? mari simak tulisan berikut, untuk mengetahuinya lebih lanjut.
Dalam proses melahirkan normal terdapat beberapa proses yang harus dilalui, mengalami mulas dan sakit perut hebat sangat alamiah terjadi, hal ini tentu sangat berhubungan dengan kondisi wanita yang memiliki mata minus.
Tindakan tarik nafas kuat sambil mengejan pada wanita mata minus ini mengeluarkan banyak tenaga, sehingga timbul rasa tegang yang kuat pada otot dan saraf.
Hal itu, membuat tekanan besar yang terjadi pada otot-otot perut, dada terutama mata meningkat. Sehingga dikhawatirkan dapat memicu lepasnya retina pada mata. Itulah yang disebut dengan ablasio retina, yaitu masalah mata yang bisa berujung pada kebutaan.
Sama halnya dengan resiko yang pertama, melahirkan secara normal untuk wanita bermata minus juga bisa mengakibatkan terjadinya pendarahan pada retina.
Pembuluh darah rentan pecah selama proses melahirkan normal karena wanita hamil yang memiliki minus tinggi beresiko untuk mengalami yang namanya neovaskularisasi koroid.
Neovaskularisasi koroid adalah komplikasi masalah mata yaitu, terbentuknya pembuluh darah baru yang tidak normal di dekat retina mata yang dapat mengakibatkan kehilangan penglihatan secara mendadak.
Dari kedua penjelasan di atas, menguatkan alasan fakta tentang resiko tinggi melahirkan secara normal bagi wanita yang bermata minus.
Oleh sebab itu banyak dokter yang menyarankan untuk mengambil tindakan cesar saja bagi wanita yang matanya berminus tinggi guna mengurangi segala hal-hal buruk yang terjadi.
Akan tetapi, beberapa penelitian berpendapat bahwa proses lahiran normal juga bisa saja terjadi dan aman untuk wanita bermata minus, malah sama sekali tidak ada pengaruhnya antara mata dengan proses kelahiran.
Hal ini bisa terjadi, jika wanita hamil bermata minus rutin melakukan pemeriksaan mata oleh ahlinya, kegiatan ini dianjurkan sekitar 3 sampai 4 bulan sekali. Untuk memeriksakan kondisi struktur mata masih aman.
Ditambah dengan melakukan konsultasi dengan dokter kandungan dan dokter mata mengenai kondisi terbaru, apakah aman atau tidak untuk melakukan proses lahiran secara normal. Upaya ini dilakukan guna mengurangi risiko komplikasi membahayakan saat persalinan.
Jika hasil dari pemeriksaan dokter mengatakan kondisi mata minus namun retinanya baik, banyak peluang untuk bisa menjalani proses melahirkan secara normal ketika waktunya datang.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas menunjukan, bahwa hal ini mitos adanya. Mata minus disebut bukanlah penghalang bagi wanita untuk melahirkan secara normal.
Menggeser perihal mitos atau fakta hal ini menjawab, memang mata minus pada wanita yang ingin melahirkan secara normal berpotensi membahayakan dan memiliki beberapa resiko.
Namun begitu, dengan mendiskusikan ke dokter dan memahaminya secara baik. Hal ini tetap bisa dilakukan oleh setiap wanita yang memiliki mata minus. (ayu)
Load more