Purworejo, Jawa Tengah - Samudera Indonesia atau yang lebih dikenal dengan sebutan Laut Selatan, tak hanya menyimpan kisah misteri. Akan tetapi di sana banyak kekayaan alam yang bisa dimanfaatkan.
Obyek wisata itu dikelola oleh Koperasi Kugar (kelompok usaha garam) Pendowo Limo milik warga desa setempat.
Setiap hari tempat terapi berbentuk tunel terbuat dari molsa bening itu dipenuhi pengunjung yang ingin menyembuhkan diri dari berbagai penyakitnya. Model terapi garam berbentuk tunel di Pantai Jetis ini, menurut salah satu penggagasnya, Pram Prasetya Ahmad, lokasi ini disebut sebagai satu-satunya di Indonesia.
"Usaha ini berawal dari sampling (contoh) garam yang dikirim ke saya sekitar dua tahun lalu. Kemudian saya tes dengan pendulum. Hasilnya, pendulum saya bergerak mendeteksi garam ini memiliki elektrolit tinggi, saya pikir ini bisa untuk terapi kesehatan. Saat itu hanya untuk internal kami dan rekan-rekan dekat. Tapi kemudian berkembang dari mulut ke mulut khasiat garam ini untuk terapi banyak yang sembuh," kata Pram, Selasa (31/5/2022).
Foto: Terapi garam diminati para wisatawan (Edi Suryana)
Menurut mantan Asisten 3 Sekda Purworejo itu, waktu terbaik untuk terapi garam adakah tergantung jenis penyakitnya.
"Kalau untuk penyakit stroke, jantung dan penyakit dalam lain baiknya pukul 08.00 WIB. Untuk gangguan di daerah insulin (diabetes) pukul 10.00 WIB ke atas karena sinar matahari siang dipadu dengan natrium sangat bagus," terangnya.
Untuk masuk ke tunel terapi garam, pengunjung diwajibkan melepas masker mencuci kaki pada air di ember yang telah disediakan. Karena yang dihirup adalah uap garam jadi tidak perlu memakai masker saat di dalam tunel.
Pengunjung cukup 20 menit melakukan terapi, setelah itu dianjurkan minum air putih yang banyak kemudian pulang tidur untuk me'restart' tubuh.
Pengelola obwis terapi garam, Marsino menjelaskan bahwa, pengunjung paling ramai pada Hari Sabtu, Minggu dan hari libur nasional.
"Setiap weekend dan hari libur, rata-rata 200 orang tiap hari datang untuk terapi. Kalau ramai setiap orang kami batasi 15 menit, setiap tunel bisa diisi 15 orang. Ada dua tunel yang dipakai untuk laki-laki dan perempuan beda tunel. Kami tak mematok tarif, pengunjung hanya diminta untuk memasukkan dana suka rela ke dalam kotak," jelas Marsino.
Pengelola juga menyediakan bittern dalam kemasan besar (100 ml) seharga Rp50.000 dan kemasan kecl (60 ml) dijual Rp40.000. Bittern adalah cairan pekat yang diperoleh dari hasil limbah pabrik garam dan jumlahnya sangat melimpah. Bittern mengandung berbagai mineral, mineral ini terjadi karena tidak ikut mengkristal saat pembuatan garam.
Pengunjung objek wisata terapi garam Kugar Pendowo Limo, Raminah (65) yang datang dengan lima orang temannya mengaku sudah merasakan khasiat terapi garam.
"Kaki sama tangan saya gatal-gatal nggak sembuh-sembuh. Lalu dengar dari tetangga nyuruh saya terapi garam di sini. Alhamdulillah sembuh, ini sudah ketiga kali saya terapi," ujar Raminah, warga Desa Kedungkamal, Kecamatan Grabag.
Berbeda dengan Mbah Raminah, temannya, Asmariyah, memiliki keluhan asam lambung. Ia pun rutin beberapa kali menjalani terapi garam.
"Asam lambung saya jadi sembuh, nggak sakit lagi. Namanya orang berusaha cari obat itu kan berbagai cara, kebetulan dengan terapi garam ini, asam lambung saya tidak kumat lagi," ungkap Asmariyah.
Kandungan natrium pada garam di Desa Patutrejo ini memang tinggi. Hal itu diketahui dari hasil lab Sucofindo yang diajukan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Perikanan (DLHP) Kabupaten Purworejo.
"Berdasar hasil uji lab Sucofindo, kandungan Natrium (Na) pada garam di sini (Pantai Jetis) 97,49%. Untuk Bittern-nya juga lernah dianalisis oleh tim dari UGM, tapi hasilnya belum dipublikasikan. Dari uji bakteri non kimia bittern, sama sekali tidak ditemukan makhluk mikroorganisme. Makanya bagus digunakan untuk disinfektan," jelas Kabid Perikanan DLHP, Suyud Jatmiko.
Selain natrium yang baik untuk kesehatan manusia, magnesium yang ada dalam garam di Jetis baik untuk konsumsi ikan atau udang.
"Magnesium bisa meningkatakan nafsu makan udang dan ikan. Juga membantu proses molting (ganti kulit) saat proses pertumbuhan udang dan ikan," lanjut Suyud. (Esa/Buz)
Load more