Jakarta - Penyakit hepatitis akut berat belakangan ini banyak menyerang anak-anak di bawah usia 16 tahun di Indonesia. Dokter spesialis anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr. Meida Tanukusumah, Sp.A mengatakan, perburukan gejala penyakit hepatitis akut berat, dapat terjadi lebih cepat yang belakangan ini menyerang anak-anak di bawah usia 16 tahun.
Meida menjelaskan, biasanya terdapat empat fase perjalanan penyakit hepatitis akut. Adapun empat fase tersebut dimulai dari fase replikasi virus yaitu masuknya virus ke dalam tubuh namun belum menimbulkan gejala, kemudian fase gejala awal (prodromal), fase gejala lanjutan atau fase ikterik, dan fase penyembuhan. Namun, pada hepatitis akut berat, perjalanannya menjadi lebih cepat.
"Pada hepatitis akut berat misterius, begitu virus masuk langsung menunjukkan gejala awal, kemudian lanjut lagi ke gejala lanjutan menjadi hepatitis fulminan. Kita harus waspada karena perburukannya cepat," kata Meida menjelaskan dalam sebuah webinar pada Kamis (16/6/2022).
Lebih lanjut, Meida mengatakan, adapun gejala awal hepatitis akut berat di antaranya mual, muntah, diare, dan demam. Sedangkan gejala lanjutan berupa warna mata dan kulit menguning, urin berwarna pekat seperti teh, tinja berwarna putih pucat, gangguan pembekuan darah, kejang, bahkan penurunan kesadaran.
Penyakit hepatitis sendiri diketahui merupakan peradangan pada hati. Kondisi penyakit tersebut disebabkan oleh berbagai hal, di antaranya infeksi virus hepatitis A,B,C,D,E, infeksi non virus seperti bakteri, atau kondisi lain seperti racun, gangguan aliran darah ke hati, hingga trauma abdomen.
Menurut Meida, penyebab hepatitis akut berat masih belum diketahui secara pasti dan masih dilakukan penelitian. Namun, ada hipotesis bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh adenovirus-41.
"Tapi ini baru hipotesis. Jadi masih diperlukan serangkaian proses ilmiah, perlu waktu penelitian yang banyak dan tentu biaya. Jadi belum diketahui penyebabnya," ujar Meida.
Meidi juga mengatakan, adanya penularan penyakit hepatitis melalui saluran pencernaan dan melalui kontak erat dengan orang yang menderita penyakit hepatitis.
“Penularannya ini melalui saluran cerna, dari makanan. Makanya, harus makan makanan yang matang. Selain itu, juga melalui kontak erat dengan yang sakit hepatitis,” kata Meida.
Meski demikian, Meida mengimbau para orang tua untuk tidak panik dan selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta gerakan 6M untuk mencegah penularan hepatitis akut berat pada anak.
Adapun cara untuk mengindari penularan penyakit tersebut, bisa dilakukan dengan cara PHBS yang meliputi cuci tangan dengan benar, minum air dan makan makanan yang bersih dan matang, buang tinja atau popok pada tempatnya, tidak menggunakan makan bersama orang lain, dan menjaga kebersihan rumah dan lingkungan.
Sedangkan penerapan gerakan 6M, diantaranya memakai masker, mencuci tangan, menjauhi kerumunan, membatasi mobilitas, menjaga jarak, dan menghindari makanan bersama. (mg1/ito)
Load more