Marah menjadi salah satu perbuatan maupun sifat yang sering kali kita hindari. Selain karena membuat emosi jadi tidak stabil, marah identik juga dengan tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Lalu sebenarnya, apakah hubungannya antara hipertensi dengan marah-marah?
Menurut dr. Nurul Rakhmawati, Sp.N dalam acara Hidup sehat, tvOne (17/6/2022), hipertensi dan marah-marah tidak selalu berkaitan. Emosi dapat meningkatkan tekanan darah tinggi hanya sementara. Seperti halnya ketika emosional tinggi akan berhubungan dengan stress.
“Tidak demikian juga tapi memang tempramen yang tinggi itu atau ketika kita emosional itu bisa saja inikan berhubungan dengan stress. Ya bisa saja menyebabkan tekanan darah tinggi, tapo sesaat bukan selamanya,” ungkap dr. Nurul.
Kemudian ia juga mengingatkan bahwa hipertensi tidak mengenal usia maupun jenis kelamin. Baik tua atau muda, pria maupun wanita, semua memiliki risiko hipertensi yang sama.
Selain itu, faktor keturunan bukanlah satu-satunya yang menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor lainnya juga disebabkan oleh gaya hidup.
“Artinya disini adalah pola hidup kita yang harus dibenerin. Misalnya pasien tersebut sering memakan yang terlalu asin atau makanan yang berkolesterol tinggi dengan faktor risiko selanjutnya ada diabetes juga, kemudian ada obesitas juga,” terangnya.
“dan kemudian pasien tersebut tidak pernah olahraga atau bahkan merokok atau minum alcohol. Nah itu merupakan faktor risiko untuk terjadinya hipertensi,” lanjut dr.Nurul.
Beberapa orang juga dapat terjadi hipertensi tanpa gejala. Jika kejadian ini telat ditangani dapat menyebabkan serangan stroke atau penyakit lainnya.
“Masyarakat menganggap kalau terjadi sakit kepala atau sakit ditengkuk ini merupakan gejala bahwa tekanan darahnya sedang naik. Beberapa kondisi memang ada yang bikin sakit kepala, tapi beberapa kondisi tidak menimbulkan gejala hingga terjadinya stroke atau pendarahan pada otak,” kata dr.Nurul.
Solusi untuk menghindari hipertensi agar tubuh lebih sehat adalah dengan mengatur gaya hidup dan mengurangi stress. Tidak lupa dengan mengurangi makanan yang tidak sehat, serta diimbangi dengan olahraga teratur.
“Berolahraga 150 menit, olahraga ringan misalnya jalan kaki. 75 hingga 150 menit per minggu jika olahraga tersebut terbilang berat,” solusi dari dr. Nurul.(Kmr)
Load more