Ketika lapar dan butuh makanan yang cepat, makanan cepat saji menjadi pilihan untuk dikonsumsi. Apalagi ketika dirumah tidak ada makanan membuat Anda ingin memesan melalui aplikasi.
Hal tersebut membuat Anda kenyang dan tidak banyak bergerak. Walau mengenyangkan, ternyata membawa pengaruh buruk bagi tubuh.
Banyak orang yang tidak menyadari fakta bahwa makanan cepat saji memberi pengaruh buruk pada sistem pencernaan juga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh.
Dilansir dari Times of India, sejumlah penjelasan bahwa makanan cepat saji dapat membunuh kita secara perlahan dari dalam.
Tanya S Kapoor, Wellness by Tanya, menyebutkan bahwa makanan cepat saji menciptakan rasa nyaman dan murah, serta memicu keinginan untuk makan secara berlebihan.
Dalam makanan cepat saji mengandung jumlah lemak, gula, garam, serta micin yang tinggi. Konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan Anda kehilangan kendali dalam mengatur rasa lapar.
Sebab kandungan yang ada pada makanan tersebut akan mengubah kimiawi otak seperti halnya kecanduan narkoba.
Pengaktifan hormon dopamin yang menyebabkan kesenangan tersebut. Tingkat dopamin yang tinggi membuat anda lebih peka dan ingin makan lebih banyak untuk menikmati makanan cepat saji tersebut.
Dalam makanan dari kebanyakan restoran cepat saji, menggunakan bahan pengawet kimia yang disebut TBHQ (tert-Butylhydroquinone).
Menurut pada laman Sehatq, TBHQ merupakan salah satu zat aditif larut lemak yang dicampurkan sebagai bahan pengawet makanan. Hal ini digunakan untuk memperpanjang umur simpan makanan serta mencegah bau tengik.
TBHQ merupakan jenis zat antioksidan sintetis. Hanya saja, antioksidan yang satu ini tidak seperti antioksidan lainnya yang baik bagi kesehatan karena dapat meningkatkan risiko kesehatan.
Zat ini dapat menyebabkan mual, muntah, bahkan kematian bila mengkonsumsinya.
Selain TBHQ, zat lainnya yang digunakan seperti dimethylpolysiloxane yang terdapat dalam saus. Disetiap penyajiannya dapat mengandung ratusan kalori dan segudang lemak tidak sehat serta natrium yang tertimbun setiap hari.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, obesitas pada anak dapat meningkat dua kali lipat serta tiga kali lipat pada remaja dalam 30-40 tahun terakhir ini.
Sasaran yang tepat bila iklan makanan cepat saji sengaja membidik dan fokus kepada anak-anak. Apalagi dapat menghubungkan temanya dengan gaya hidup sehari-hari pada keluarga kelas menengah dengan menambahkan beberapa mainan untuk anak-anak.
Para peneliti telah mengamati hubungan antara peningkatan iklan untuk makanan tidak bergizi dengan tingkat obesitas pada masa kanak-kanak.
Menurut seorang Konsultan Penyakit Dalam di Rumah Sakit Apollo, Navi Mumbai, Dr Vaishali Lokhande mengungkapkan terdapat unsur-unsur buatan tercemar yang melepaskan radikal-radikal teroksidasi dalam tubuh yang menciptakan keadaan peradangan yang berkelanjutan.
Kondisi peradangan dalam tubuh tersebut dapat menyerang sistem kekebalan yang seiring waktu dapat memburuk secara bertahap.
“Konsumsi junk food (makanan cepat saji) juga dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh yang berisiko bagi penderita diabetes dan hipertensi yang juga dapat memicu terjadinya penyumbatan pembuluh darah,” tutur Dr. Vaishali.
Solusi yang disarankan oleh Dr. Vaishali yakni beralihlah ke sayuran, buah, kacang-kacangan, ikan, dan biji-bijian, terutama selama masa-masa (pandemi) ini. Pada saat yang sama, konsumsi alkohol dan merokok sama berbahayanya.
Begitu pula dengan mengkonsumsi alkohol dan merokok juga sama berbahayanya. Dengan memberikan makanan sehat untuk nutrisi pada tubuh akan membawa efek positif dalam jangka waktu yang panjang. (Kmr)
Load more