Jakarta - Apa perbedaan alergi dengan batuk pilek biasa? Kadang kita masih bingung dengan gejala alergi dan batuk pilek biasa.
Dokter spesialis anak dr Mesty Ariotedjo menyebutkan ciri-ciri perbedaan alergi dengan batuk dan pilek biasa.
Dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengungkapkan salah satunya adalah gejala hanya muncul di satu waktu tertentu.
"Gejalanya di satu waktu tertentu biasanya malam hari sampai pagi hari. Jadi tidak sepanjang waktu," ujar dia yang tergabung dalam Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu dalam sebuah acara daring, Kamis (6/10/2022).
Selain itu, berbeda dengan batuk dan pilek, pada kasus alergi, pasien tidak mengalami demam. Kemudian, alergi biasanya dipicu pencetus semisal tungau dan debu sebanyak penyebab terbanyak, lalu adanya riwayat dari orang tua.
Alergi merupakan reaksi berlebihan atau peradangan berlebihan pada benda-benda yang seharusnya tidak menimbulkan bahaya. Menurut Mesty, gejala alergi bervariasi seperti kulit gatal, batuk dan pilek hingga sesak napas yang menyebabkan pasien tidak bisa bernapas dan berisiko kematian.
"Pada anak-anak yang gejalanya pas malam tidurnya gelisah. Enggak ada batuk atau pilek. Tidurnya kebangun-kebangun. Atau masuk tidur susah. Ternyata pas dilihat hidungnya sama dokter, ternyata tersumbat semua," ujar Mesty.
Mesty mengatakan, khusus untuk tungau sebagai pencetus, orang-orang perlu membersihkan semisal tempat tidur terutama kasur dan sofa secara rutin dan memastikan pembersihan hingga mengangkat semua tungau.
"Penting banget dipastikan kasur, sofa rutin dibersihkan untuk mengevaluasi anak sering batuk pilek enggak, terutama malam dan pagi hari. Jangan-jangan alergi tungau," kata dia.
Laporan Omnibus survey yang dilakukan Nielson pada tahun 2005 mencatat gejala alergi yang umum dijumpai berupa alergi kulit dan rinitis alergi yang mencapai 24 persen.
Insidensi dermatitis atopi di Indonesia di angka 23,67 persen. Urtikaria dan rinitis alergi merupakan penyakit atopik yang paling sering muncul, dengan riwayat keluarga atopik positif sebesar 60,79 persen, menurut studi yang dilakukan Soegiarto G dan koleganya dan dipublikasikan dalam jurnal Asia Pacific Association of Allergy, Asthma and Clinical Immunology pada tahun 2019.(ant/muu)
Load more