Di Indonesia, air tajin atau air rebusan beras putih kerap kali digunakan sebagai pengganti susu bagi balita. Alasan paling medasar dari kelaziman tersebut adalah karena faktor ekonomi.
Tingginya harga susu formula membuat para orang tua memilih menggantikannya dengan air tajin. Namun tahukah Anda, meski air tajin dan susu memiliki warna yang sama, keduanya memiliki kandungan yang berbeda.
Apalagi jika dibandingkan dengan susu yang difortifikasi atau sudah ditambahkan zat gizi mikro tertentu sesuai kebutuhan tumbuh kembang anak.
"Air tajin itu dari (pembuatan) nasi, jadi hanya sumber karbohidrat," ungkap Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi MKK dari Universitas Indonesia dilansir dari ANTARA Selasa, (1/11/2022).
Bila anak hanya diberikan air tajin, maka gizi yang ia dapatkan hanyalah karbohidrat tanpa tambahan asupan gizi lain yang dibutuhkan untuk perkembangan anak.
"Kalau susu, terutama yang sudah difortifikasi, mengandung berbagai zat gizi mikro, jadi tidak bisa (digantikan) pakai air tajin," ujar dia.
Sementara itu, Peneliti Ekonomi Kesehatan Mutia A. Sayekti, S.Gz, MHEcon menambahkan bahwa pencernaan anak lebih sensitif dibandingkan orang dewasa sehingga rentan terhadap benda asing, termasuk air tajin apalagi bila aspek kebersihannya tidak diperhatikan.
"Walau di tajin ada kandungan nutrisi bawaan, tapi itu bukan yang dibutuhkan paling prioritas bagi anak," kata Mutia.
Orang tua harus memberikan nutrisi yang lebih pas, seperti makanan bergizi yang mengandung lauk pauk, sayur, buah serta susu sebagai tambahan.
Ray mengingatkan orangtua bahwa makanan padat tetap menjadi sumber nutrisi utama dan susu diberikan agar gizi yang tidak didapat dari makanan bisa masuk ke dalam tubuh.
Orang tua diminta menerapkan pedoman prinsip "Isi Piringku" yang mengandung gizi seimbang. Pedoman Isi Piringku mengacu pada konsumsi pembagian piring makan menjadi 2/3 makanan pokok, 1/3 lauk pauk, 2/3 sayur dan 1/3 buah.
Load more