Jakarta – Ini dia rekomendasi penanganan polio menurut ahli.
Salah satunya dengan vaksinasi.
"Menggalakkan vaksinasi dalam dua bentuknya, yakni ORI (outbreak response immunization) dan vaksinasi massal penduduk," ujar Tjandra, Minggu (20/11/2022).
Tjandra menjelaskan perlu dilakukan surveilans setidaknya dalam dua bentuk, yakni surveilan AFP (acute flaccid paralysis) untuk menemukan kemungkinan kasus.
Lalu, surveilans lingkungan untuk mencari vaccine derived polio virus (VDPV) di lingkungan seperti yang ditemukan di Inggris walaupun tidak ada kasus pada manusia.
Surveilans merupakan suatu kegiatan yang sistematis dan terus-menerus terdiri dari proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan informasi kepada unit yang membutuhkan untuk pengambilan tindakan.
"Nama virusnya adalah vaccine derived polio virus (VDPV) karena memang asalnya dari vaksin, bukan seperti virus polio liar," jelasnya.
Tjandra mengungkapkan penyakit polio pada dasarnya disebabkan oleh virus yang disebut virus polio liar atau wild polio virus (WPV), yaitu virus polio liar atau WPV tipe 1, 2 dan 3.
Namun, virus tipe 2 sudah dinyatakan eradikasi. Di sisi lain, keadaan lumpuh layuh polio dapat juga terjadi akibat virus yang mulainya dari vaksin oral yang kemudian ke luar ke lingkungan dan lalu bermutasi atau VDPV.
"Polio akibat virus polio liar ini hanya tinggal ada di dua negara di dunia, yaitu di Afganistan dan Pakistan. Semua negara lain, termasuk Indonesia, sudah bebas polio," ucapnya.
Sesuai aturan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), keadaan dikatakan sudah terjadi penularan di masyarakat atau disebut circulating vaccine-derived poliovirus type 2 (cVDPV2) apabila ditemukan VDPV di setidaknya dua tempat berbeda.
Kemudian, ditemukan dalam jarak waktu setidaknya dua bulan atau lebih dan virus-virus itu secara genetik berhubungan (genetically-linked).
Rekomendasi selanjutnya, yaitu penanganan pasien yang ada. Kementerian Kesehatan mencatat kasus anak berusia tujuh tahun yang terinfeksi virus polio di Aceh tidak memiliki riwayat imunisasi.
Anak itu mengalami gejala lumpuh di kaki kiri, demam, flu dan onset lumpuh. Dia lalu dilarikan ke RSUD TCD Singil.
Hasil RT PCR menunjukkan ada infeksi virus polio tipe 2 dan tipe 3 sabin.
"Kejadian di Aceh karena VDPV2 dan sebelum ini di 2019 sudah ada juga kasus seperti ini di Papua (VDPV 1) pada 2 anak. Jadi, sesudah 2014 maka setidaknya sudah ada dua kali KLB polio di kita. Yang ke duanya VDPV, bukan virus polio liar," jelasnya. (ant/nsi)
Load more