Jakarta - Konstipasi adalah ketidakmampuan melakukan evakuasi tinja secara sempurna yang tercermin dari berkurangnya frekuensi berhajat dari biasanya. Biasanya tinja akan lebih keras, besar dan merasakan nyeri daripada sebelumnya.
Para orangtua harus mengetahui jika anak sulit atau jarang baung air besar makan harus dicurigai mengalami Konstipasi atau sembelit.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan, anak yang mengalami konstipasi akan kesulitan dalam defekasi atau mengeluarkan tinja.
Sebagian besar konstipasi yang terjadi pada anak tak hanya karena kelainan organik. Maka kondisi pada anak ini dapat disebut dengan konstipasi fungsional.
Gejala konstipasi pada anak
Tinja keras Feses terlalu besar yang menandakan si kecil menahan BAB
Frekuensi buang air besar dua kali dalam seminggu atau kurang dari itu
Rasa sakit atau nyeri ketika buang air besar
Cepirit atau mengeluarkan cairan tinja satu kali dalam seminggu
Penyebab konstipasi pada anak
Penyebab utama konstipasi pada anak adalah adanya riwayat trauma saat buang air, yaitu:
Rasa sakit akibat susah mengejan atau tekstur tinja yang terlalu keras
Takut ke toilet: si kecil pernah melihat kecoa atau kondisi WC yang jorok
Kesalahan dalam toilet training anak dipaksa BAB di WC dengan ancaman, toilet training terlalu dini
Distraksi saat akan buang air besar: keluarga justru menggoda atau cenderung mengejek anak, anak lebih mengutamakan bermain ketimbang fokus mengedan.
Tak hanya itu, konstipasi juga dapat disebabkan oleh masalah yang lebih kronis, yaitu:
Penyumbatan di usus besar atau rektum
Masalah pada otot pembuangan
Kondisi yang memengaruhi hormon tubuh
Masalah pada saraf di sekitar usus besar dan rektum.
Bagi anak yang menderita konstipasi dapat diatasi dengan memberikan asupan cairan dan serat yang cukup. Carilah penyebab anak stres yang membuatnya sulit buang air besar. (ree)
Load more