Terlebih adanya Iringan lagu dan dentingan suara gitar yang dimainkan pengunjung semakin menghangatkan suasana camping. Bukit Pengusen masih begitu alami dan sangat tepat untuk melepaskan kepenatan setelah seminggu beraktivitas atau setelah lama berdiam diri di rumah di masa pandemi Covid-19.
Bukit Pengusen ini menawarkan panorama keindahan alam dengan ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut (MDPL). Ketika tengah malam, terlihat bulan menjadi penerang malam. Suasana malam semakin hening dan hanya suara jangkrik menjadi penghibur malam.
Setelah semalam tidur di dalam tenda camping, pagi hari pun tiba dan langit mulai berwarna merah. Jika beruntung, para pengunjung akan menemukan pemandangan yang luar biasa indah. Suguhan dari alam membuat kepenatan kita seketika hilang. Pengunjung akan menemukan pemandangan langit tanpa awan dan kabut, kabut yang sudah turun membuat para pengunjung bisa menyaksikan indahnya matahari terbit dari puncak Bukit Pengusen ini.
Matahari terlihat kemerah-merahan yang berpendar memanaskan bumi. Udara segar di pagi hari, dengan angin yang berhembus pelan, semakin menambah cerianya pagi. Tidak lupa menikmati matahari terbit dengan menyeruput secangkir kopi hangat sambil bercengkerama dengan teman di depan tenda.
Salah satu pengunjung yang sedang camping di Bukit Pengusen, bernama Arif Muhamad, mengatakan dirinya bersama dengan temannya mengetahui tentang indahnya wisata Bukit Pengusen ini dari media sosial. Karena penasaran, Arif bersama teman temannya sengaja datang dan camping untuk menyaksikan indahnya matahari terbit.
”iya, saya awalnya tahu tempat ini (Bukit Pengusen) dari media sosial, saya lihat bagus dan menarik, lalu saya dan teman-teman memutuskan untuk datang ke sini, ini lagi ngechamp di sini, kelebihannya di sini sunrisenya indah, nyaman lah tempatnya, kalo malam lampu lampu kota juga kelihatan bagus kerlap-kerlip,” Kata Arif Muhamad, Sabtu (18/12/2021).
Sementara itu, Kepala Desa Gulangpongge, Kuntardi, mengatakan jika dulunya Bukit Pengusen ini, merupakan tempat pengungsian di jaman penjajahan Belanda. Karena menjadi tempat pengungsian, oleh masyarakat setempat lebih sering disebut dengan pengusen.
"Tanah yang kita miliki menjadi tanah kas desa, ini luasnya 44 hektar, dulunya tanah ini adalah tempat pengusian Belanda,dulu digunakan untuk mengelola perkebunan milik Belanda. Jadi, pada tahun 1945 Indonesia merdeka,
Belanda masih di sini, lalu diusir sama warga karena mereka adalah penjajah, tapi
sayangnya bangunannya Belanda dirusak,” jelas Kuntardi.
Oleh Pemerintah Desa Gulangpongge, Bukit Pengusen ini, ke depannya akan dikembangkan dengan berbagai fasilitas wisata dan akan dikelola sebagai Badan Usaha Milik Desa (BUMDES).
Load more