Salah satu bangunan yang tak banyak berubah adalah Kantor Pos Cikini (Tjikini Post Kantoor). Bangunan bernuansa artdeco yang terletak di hulu jalan itu dibangun pada 1920 dan masih beroperasi di masa sekarang.
Sebagai bagian dari Weltevreden, tempat-tempat yang dibangun pada masa kolonial secara otomatis hadir terutama untuk memenuhi kebutuhan dan gaya hidup warga Eropa. Sekitar 1920-an, misalnya, kawasan ini pun punya Zwembad Cikini (Kolam Renang Cikini) yang dahulu diperuntukkan bagi warga Eropa.
(Tampak depan bangunan Kantor Pos Cikini, Jakarta, 23 Desember 2021. Sumber: ANTARA)
Dalam urusan gaya hidup lainnya, bahkan sejak 1898 telah berdiri toko “De Spin” atau toko Laba-Laba yang saat itu memproduksi barang-barang berbahan kulit, seperti tas dan sepatu. Toko ini masih beroperasi hingga sekarang meski bangunannya telah bertransformasi dan sekilas tampak tak berbeda dengan gaya toko modern saat ini. Di masa sekarang, Laba-Laba hanya mengkhususkan pada reparasi.
Cikini juga punya tempat istimewa dalam hal pengembangan pusat pendidikan. Tak jauh dari Laba-Laba, berdiri sekolah milik pemerintah Hindia Belanda, Eerste School D (kini berubah menjadi SMPN 1 Cikini), yang dibangun pada 1909. Sekolah ini merupakan sekolah untuk orang pribumi pertama yang ada di Batavia.
Selain Eerste School D, Sekolah Rakyat Partikelir Mayumi atau kini dikenal dengan Perguruan Cikini juga menjadi populer di kawasan tersebut sejak dibangun pada masa pendudukan Jepang.
Ada dua toko unik yang meskipun baru berdiri setelah Indonesia merdeka, tetapi sejarah produknya telah melintang sejak abad ke-19, yaitu roti Tan Ek Tjoan dan kopi dari Bakoel Koffie.
Pabrik roti Tan Ek Tjoan mulai beroperasi di kawasan itu pada 1955 sementara kedai Bakoel Koffie baru menempati pertokoan pada 2002.
(Gerobak roti Tan Ek Tjoan yang hingga kini masih dijajakan di sekitar Cikini, Jakarta, 23 Desember 2021. Sumber: ANTARA)
Tan Ek Tjoan sejatinya mulai hadir sejak 1921 dengan membuka pabrik di Bogor. Mulanya hanya memfokuskan diri pada produksi makanan sehari-hari orang Eropa di Bogor, yaitu roti gambang. Seiring perkembangan zaman, Tan Ek Tjoan membuat berbagai varian roti yang dapat dinikmati semua kalangan.
Load more