Manggarai, NTT- Untuk pertama kalinya, komunitas sepeda menjejal Pulau Nuca Molas di Satar Mese Barat, Manggarai Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pulau Nuca Molas ini menyuguhkan keindahan alam berupa hamparan bukit batu dan padang rumput yang berpadu dengan pepohonan sehingga dari kejauhan pulau ini menyerupai siluet putri tidur yang cantik.
Di bawah laut pulau ini hidup beragam satwa, antara lain, penyu, lumba-lumba, ikan karang, berikut terumbu karang beraneka warna. Dengan ukuran ombaknya sedang, tempat ini sangat cocok untuk kegiatan surfing, snorkeling dan diving.
Ruteng Cycling Club (RCC) merupakan yang pertama berkesempatan menjajal pulau Nuca Molas dengan sepeda. Enam pesepeda RCC menghabiskan waktu lebih dari 3 jam melahap jalur-jalur ekstrem di sana.
Nuca Molas merupakan saujana di kesenyapan berada di sebelah selatan Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Pulau yang dihuni oleh 1400 jiwa ini memiliki bentangan pasir putih sepanjang 3 kilometer dan boleh jadi menjadi pantai pasir putih terpanjang di NTT.
Memiliki luas 18.029 hektare dengan dominasi padang savana yang kontras dari atas puncak pulau menjadikan Nuca Molas sebagai surga bagi ribuan rusa dan ternak milik warga seperti sapi dan kambing. Pulau berpenduduk di atas Laut Sawu ini ditetapkan sebagai salah satu sentra pengembangan sapi di NTT.
Antara menuju kampung adat Wae Rebo yang sudah populer dan menyeberang ke Nuca Molas sama-sama dimulai dari satu titik simpang yakni kampung Dintor.
Perjalanan dari Dintor ke Nuca Molas hanya ditempuh selama 15 menit menggunakan kapal motor.
Nuca Molas memang masih jauh dari hiruk pikuk pariwisata Labuan Bajo sebagai destinasi tetangga. Tidak salah juga jika masih sepi karena tempat-tempat wisata andalan Manggarai seperti Kampung Adat Wae Rebo, Situs Gua Hobit Liang Bua, dan Lingko Lodok atau Spider rice field lebih dahulu terkenal ketimbang Nuca Molas.
Tiga jam dari Ruteng
Perjalanan tim RCC pun dimulai dari kota Ruteng Ibu Kota Kabupaten Manggarai. Sepeda dan peralatan lainnya diangkut menggunakan mobil double cabin.
Butuh waktu kurang lebih 3 jam untuk sampai di Kampung Dintor, tempat naik perahu motor untuk menyebrang ke Pulau Nuca Molas.
Padang savana dan pohon Lontar Pulau Nuca Molas
Penyeberangan begitu pendek hanya butuh waktu kurang dari 15 menit sudah tiba di Kampung Konggang satu dari tiga kampung di Desa Pasir Panjang yang mendiami Pulau Nuca Molas.
Sebelum bersepeda, waktu sore hari sangat cocok melakukan trekking di punggung bukit Golo Cola. Bukit ikonik warga Konggang untuk menikmati mata hari terbit dan terbenam.
Bersepeda Keliling Pulau
Menjelajahi Pulau Nuca Molas dengan sepeda adalah sebuah ekspedisi yang menarik dan penuh tantangan. Belum ada penginapan di sana. Menginap saja di rumah-rumah warga yang biasa melayani pengunjung.
Jalur sepeda sepanjang 20 kilometer berubah-ubah. Dari setapak beton lalu berpindah ke trek bebatuan, tanah basah, pasir, padang savanah, dan hutan khas daerah pantai.
Segmen pertama gowes melintasi dua kampung setelah Konggang yakni Peji dan Pelabuhan Ntaur. Jalur ini relatif mudah. Jalan lebih rata dan tidak ada hambatan berarti. Sepanjang jalur pesepeda bisa menikmati pemandangan pulau Flores bagian selatan.
Selepas Pelabuhan Ntaur, jalur mulai berganti karakter. Jalan tanah berpasir hingga lebih dari 5 kilo meter dengan medan banyak rintangan kayu pun bebatuan.
Di beberapa tempat, energi banyak terkuras karena sepeda harus naik dan turun mengikuti alur kali mati. Anggota tim support ditugaskan untuk membuka jalur dan tentu saja untuk mengambil gambar.
Dari jalur hutan, tim CCR mengambil jalur bibir pantai. Laut biru, buih ombak putih, pasir putih, dan batu karang hitam pekat menjadi pemandangan dominan sepanjang trek.
Pantai berpasir putih Nuca Molas
Di segmen tengah hawa cukup panas sampai 31 derajat celsius. Panas sekali. Tetapi tenang saja, angin laut yang bertiup menuju daratan bisa memberi kesejukan. Sisanya meneguk panorama padang savanah.
Tiga perempat bagian dari pulau Nuca Molas merupakan savanah. Di sela-selanya, tumbuh ribuan pohon lontar. Perpaduan savanah dan pemandangan laut sawu menyuguhkan lanskap Nuca Molas yang tiada duannya. Cantik sekali. Di sini, serasa sedang bersepeda di atas lukisan.
Potensi Wisata
Bersepeda di Pulau Nuca Molas telah direncanakan sejak lama. Ketua RCC, Kristo Ambal mengaku memilih Nuca Molas karena dianggap sebagai aset wisata Kabupaten Manggarai yang memiliki keindahan yang luar biasa.
“Kami yang menggagas komunitas sepeda pertama di Ruteng merasa tertantang untuk menaklukan jalur di tanah gersang seperti Nuca Molas,” kata Kristo, Rabu (19/01/2022).
Selain Kristo, pemilik Flores Cycling Tour, Leonardus Nyoman, mengaku sangat senang. Dia bilang mendapatkan pengalaman berkesan selama bersepeda di tempat itu.
“Pemandangan alam yang memesona seperti padang savana dan rute yang menantang menjadi pengalaman tersendiri di Nuca Molas,” katanya.
Menurut Leonardus, pengembangan destinasi Pulau Mules ke depan harus dilakukan dengan perencanaan yang matang sehingga bisa menjadi destinasi potensial.
“Perlu membuat kajian dan perencanaan pariwisata yang holistik khusus pulau Nuca Molas,” tuturnya.
Kegiatan sepeda dari komunitas RCC ini mendapat apresiasi dari Pemkab Manggarai.
Pelaksana tugas (Plt) sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai, Adrianus Husen mengaku berterima kasih dengan RCC yang telah memulai menjajaki keindahan Pulau Nuca Molas.
Menurutnya, Nuca Molas merupakan destinasi potensial yang juga menjadi penyangga kampung adat Wae Rebo.
“Ini menjadi ajang uji coba agar ke depannya bisa lakukan even cyclling menjelajahi Nuca Molas,” cetus Husen. (Jo Kenaru/act)
Load more