Banyuwangi, Jawa Timur - Angin semilir menyapa, ditemani deburan ombak. Deretan perahu nelayan berjajar rapi, warna - warni. Langit terlihat memerah di ufuk barat. Deretan gunung menjulang, seolah menari di kejauhan. Makin sore, terasa makin indah. Inilah eksotisnya pemandangan pesisir pendaratan ikan Muncar, Banyuwangi.
Setahun terakhir, pelabuhan yang dikenal dengan tempat pelelangan ikan (TPI) ini makin dipercantik. Dermaga yang digunakan parkir perahu dibuat sangat rapi. Perahu khas warga pesisir diparkir berjajar. Bentuknya hampir sama, hanya warna yang membedakan. Ketika sore, dermaga ini menjadi spot favorit warga, menikmati senja. Mereka duduk di sekitar dermaga, bercengkrama lepas.
"Dermaga TPI sekarang makin indah. Menjadi destinasi wisata yang cukup ramai," kata tokoh nelayan Muncar, Hasan Basri.
Dermaga ini dikelola oleh Pelindo. Setiap harinya, ribuan perahu nelayan bongkar muat hasil tangkapan ikan di kawasan ini. Tak heran, jika pelabuhan ini selalu sibuk. Kecuali musim purnama, nelayan libur massal.
Ketika libur, ribuan perahu diparkir sangat rapi. Bentuknya yang unik dan warna yang mencolok sangat cocok untuk latar belakang berswafoto. Wajar, jika setiap hari tak pernah sepi pengunjung. Terutama sore hari, bahkan hingga tengah malam.
Menjelang malam, pengunjung makin ramai. Menikmati langit senja sambil menikmati berbagai kuliner yang ditawarkan. Ada jagung bakar, kopi hingga ikan bakar. Bagi kalangan orang tua bisa memanjakan anak-anak dengan aneka permainan.
Masuk di kawasan ini tak dipungut biaya, hanya retribusi untuk kendaraan roda empat. Tarifnya cukup murah Rp 5.000 saja. Begitu masuk, pengunjung bisa berkeliling menikmati indahnya pesisir. Di ujung timur, hamparan laut selat Bali terlihat tenang. Dari kejauhan, kerlip lampu perahu terlihat melambai. Sementara, dari sisi barat, langit memerah pertanda senja. Benar-benar eksotis.
"Sekarang memang makin ramai setiap hari, banyak wisatawan lokal yang datang," ujar Hasan Basri.
Pesisir Muncar sejak lama dikenal sebagai pusat pendaratan ikan terbesar kedua di Indonesia, setelah Bagan Siapi-api. Konon, pelabuhan ini sudah ada sejak zaman Majapahit. Tak heran jika di pesisir ini hidup subur perkampungan nelayan. (Happy Oktavia/rey)
Load more