Manggarai, NTT - Seperti biasanya, setiap merayakan Hari Pers Nasional (HPN) yang jatuh pada tanggal 9 Februari, insan pers Indonesia menggelar banyak kegiatan.
Di Manggarai Nusa Tenggara Timur, belasan wartawan yang tergabung dalam Persatuan Jurnalis Manggarai (PJM) melakukan trail rice field di atas bentangan sawah di Kecamatan Wae Rii, Rabu (9/2/2022).
Para pekerja media itu menjajal jalur trekking dari Wae Reno, Desa Ranaka sampai di Londang Desa Longko. Jalur trekking sejauh 7 kilometer itu berupa jalan tanah berlumpur.
Lingko Tesem merupakan gerbang bagian barat jika ingin menikmati pesona alam Wae Rii. Berada di ketinggian 1200 mdpl, kawasan itu termasuk dalam 1.899 hektare luas total kebun sawah di Kecamatan Wae Rii.
Bentangan sawah Lingko Tesem bak permadani hijau tersibak sejauh mata memandang di bawah lembah.
Tanaman padi di Lingko Tesem, kira-kira berumur sebulan. Deretan petak-petak sawah seperti tersusun dari atas ke bawah. Pematang yang tidak ditumbuhi rumput terpantau membentuk garis-garis. Tinggi tanaman padi di sana sepadan, itu karena tanamnya dibuat serempak.
Melakoni trekking di atas persawahan Wae Rii tidak bisa terburu-buru. Menjadi lama karena banyak titik perhentian yang dipakai buat foto-foto.
Trekking melintasi daerah lumbung padi menghadirkan sensasi petualangan yang tidak biasa karena memang di situ tidak melulu menikmati pemandangan atau mendengar suara burung, lebih dari itu pengunjung bisa berinteraksi dengan petani yang ramah menyapa dari dalam pondok mereka.
Katarina Dahul, salah seorang petani di sana mengaku senang karena pengunjung berwisata lagi ke tempat itu setelah hampir setahun sepi dari kunjungan turis imbas pandemi Covid-19.
Tidak hanya menanam padi, ibu lima anak itu juga mengurusi lahan kecil yang ditanami tanaman hortikultura.
Bersama suaminya, Marsel, Katarina biasa disapa, akhir-akhir ini lebih sering menginap di pondok bambu yang dibangun di Lingko Tesem. Rumah mereka di kampung Tanggo Desa Ranaka dijaga sama anak-anak.
Katarina beruntung karena pondoknya kebetulan berada di pinggir jalur trekking sehingga sering disinggahi pengunjung. Tempat Katarina ditata rapi.
Di depan pekarangan pondok berukuran 5x5 meter itu ada kolam nila yang menggoda pengunjung untuk memancing ikan.
Keberadaan pondok milik Katarina, membuat aktivitas pengunjung bertambah. Trekking, foto-foto, memancing ikan, dan tidak lupa memesan kopi menyatu di satu titik.
Menyeruput kopi Flores buatan Mama Rina serentak menghapus lelah. Kopi arabika dihidangkan dengan pangan lokal seperti ubi, pisang, dan keladi.
"Sebenarnya saya tidak memasang tarif untuk kopi dan ubi yang saya hidangkan. Biasa saja seperti kebanyakan orang, tamu datang ya dilayani baik. Tapi yang terjadi, mereka (tamu) kasih uangnya tidak ukur-ukur dan saya bersyukur, ada saja rezeki," tuturnya.
Katarina satu dari sekian banyak petani yang merindukan pertumbuhan ekonomi. Maka dia pun mengaku bersyukur dengan hadirnya HPI Manggarai yang mencetus paket trekking di persawahan Tesem menjadi destinasi baru.
"Orang bilang semua yang di atas bumi bisa dijadikan uang. Kami petani sangat mengharapkan peningkatan ekonomi. Kami baru tahu ternyata ubi, pisang, kopi dan makanan kampung kami bisa menjadi uang," sebut Katarina.
Destinasi Komplit
Sementara itu, Yulianus Irwan Sagur, Wakil Ketua HPI menjelaskan, rice field trail mulai dijual sebagai paket wisata sejak tahun 2018.
"Sebelum pandemi (Covid-19) kita sering mengantar turis ke sini. Seminggu bisa tiga kali. Tapi karena terjadi pandemi global covid, kunjungan sepi. Sekarang kita persiapan lagi, harapannya pandemi segera berakhir," ungkapnya.
Untuk paket trekking persawahan di Wae Rii, kata dia, sengaja dikonsepkan sebagai pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism) dengan prinsip ramah lingkungan.
"Masyarakat sebagai basisnya. Dan potensi pertanian sebagai resourches yang mensuport masyarakat lokal," imbuh dia.
Sebagai destinasi teranyar di paket tour Flores Overland, trail ini menyuguhkan atraksi yang kompleks.
"Jika Anda datang di akhir Januari atau awal Februari maka Anda akan menyaksikan proses pengolahan lahan secara tradisional. Petani di sini tidak menggunakan traktor tapi masih memakai kerbau untuk menggembur tanah," terang Irwan.
"Kalau Anda datang di bulan Mei maka Anda bisa menyaksikan panen padi secara tradisional. Jadi kompleks," tambahnya.
Dukungan Jurnalis
Ketua Pelaksana kegiatan Hari Pers, Igen Padur mengatakan, trekking ke destinasi persawahan Wae Rii merupakan agenda liputan features setelah PJM mendapat pelatihan jurnalistik pada Selasa (8/2/2022) oleh Ketua Asosiasi Media Siber (AMSI) Wenseslaus Manggut.
Menurut wartawan Voxntt.com itu, kedatangan para pewarta ke tempat itu untuk mendapatkan informasi yang utuh tentang sebuah kegiatan pariwisata. Informasi itu lalu diramu dalam sebuah narasi untuk disajikan kepada khalayak.
Selain itu, kegiatan tersebut juga merupakan bentuk dukungan pers terhadap berbagai potensi wisata yang ada di wilayah Kabupaten Manggarai.
"Harapannya, tulisan wartawan mempercepat promosi sehingga lokasi ini menjadi salah satu rujukan wisata Manggarai," sebutnya.
"Tempat ini memiliki keindahan tersendiri. Sepanjang perjalanan trekking tamu disuguhi sensasi pemandangan yang menarik. Kiri dan kanan jalan terbentang hamparan sawah yang memanjakan mata. Selain itu, pengunjung juga menyaksikan warga yang sedang bekerja. Pengunjung bisa berinteraksi langsung dengan mereka. Bahkan bisa menikmati suguhan yang disediakan warga berupa kopi khas Manggarai dan makanan lokal seperti ubi rebus, jagung dan pisang rebus," tutup Igen. (Jo Kenaru/act)
Load more