Selain tiang penyangga, ada juga mimbar untuk khotib yang terbuat dari kayu. Bentuk mimbar juga khas masjid di Jawa, berupa hiasan ukiran.
"Di mimbar ini, juga masih ada tongkat khotib asli milik Raden Sayyid Kuning. Ada juga beduk dan kentongan. Beduk terbuat dari kayu yang dibebat tali ijuk," ujarnya lagi.
Sejarah masjid, menyebutkan dibangun pada masa abad ke-14 oleh lima dari sembilan wali. Yakni Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Kudus, Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijaga.
"Saat itu, kelima sunan sedang membantu Syekh Maulana Mahribi yang disebut dalam babad atau sejarah Onje sebagai nama Ki Tepus Rumput, melakukan pengejaran Syeh Jambu Karang yang lari ke Bukit Jim Belik," beber Maksudi.
Setelah masjid berdiri, datang santri bernama Abdulah Syarif, yang merupakan murid Syeh Makdum Wali dan Syeh Makdum Umar. Keduanya penyebar Islam di Jawa Tengah bagian selatan.
"Stas perintah Syarif Hidayatulah atau Sunan Gunung Jati, Abdulah Dyarif diminta menyebarkan islam di Purbalingga. Setelah tinggal mukim di Purbalingga, Abdulah Syarif menikahi putri Adipati Onje kedua. Karena menikahi anak adipati, Abdulah Syarif lalu berjuluk Raden Sayyid Kuning," tutur Maksudi.
Load more