Kebumen, Jawa Tengah - Sebuah masjid yang berada di Desa Pekuncen, Kecamatan Sempor, Kebumen, Jawa Tengah, terbilang unik. Jika diliat tampak luarnya tak ada yang istimewa dari bangunan masjid yang didirikan sejak tahun 1722 tersebut.
Adalah Masjid Jami Soko Tunggal yang didirikan pada tahun 1722 sebagai bentuk hadiah dari Adipati Mangunprojo untuk warga Pekuncen, yang sebelum wafat pada tahun 1719 berwasiat membangun tempat ibadah berupa masjid untuk masyarakat Pekuncen.
Berdirinya masjid ini juga memiliki nilai sejarah yang penting bagi warga Desa Pekuncen karena sebagai cikal bakal berdirinya Kabupaten Kebumen.
Adipati Mangunprojo adalah Kertowecono III seorang Bupati di Kabupaten Roma yang merupakan penggabungan antara Kabupaten Pucang dan Kabupaten Kaleng, jauh sebelum masa berdirinya Kabupaten Kebumen ada.
"Jadi saat menjabat Kertowecono III dipanggil kembali ke Keraton Surakarta Solo diangkat menjadi Patih dengan gelar Adipati Mangunprojo. Sebelum wafat beliau berwasiat untuk dimakamkan diwilayah Kabupaten Roma yaitu di Pekuncen ini," jelas Eko Prasetyo Sekretaris Desa Pekuncen, saat ditemui Rabu (6/4/2022) usai solat Dzuhur di Masjid Soko Tunggal Pekuncen.
Menurut Eko, Masjid Soko Tunggal memiliki luas bangunan inti 9x9 meter atau 81 meter persegi dan dibangun setelah 1000 hari wafatnya Adipati Mangunprojo. Selain seorang Patih, Adipati Mangunprojo juga merupakan salah satu tokoh penyiar agama Islam di tahun 1700an. Selain dari sisi sejarah bangunan masjid ini juga terbilang unik.
Bangunan gedung masjid pada umumnya memiliki empat tiang atau lebih untuk menyangga atap utama bangunan. Namun, masjid Soko Tunggal ini hanya memiliki satu tiang, dua penyangga kayu bercorak ukiran, dan empat kayu melintang kotak sebagai penahan atap. Sejak masjid dibangun hingga sekarang tiga matrial kayu tersebut masih terjaga keasliannya.
Foto: Soko kayu besar bercorak ukiran sebagai tiang penyangga (Wahyu Kurniawan)
"Konon dulu pernah akan diganti salah satu penyangga yang bercorak ukiran karena rusak atau lapuk. Setelah diturunkan, dibuatkan pal dan coba dipasang kembali tidak bisa kepanjangen kemudian dipotong malah kependeken. Akhirnya penyangga tersebut dipasang kembali sampai sekarang," tutur Eko.
Bangunan dalam masjid terlihat jelas memiliki arsitektur gaya bangunan kuno. Menggunakan satu saka atau satu tiang penyangga. Saka masjid berornamen ukiran yang didatangkan langsung dari Keraton Surakarta.
Masjid Soko Tunggal dengan satu penyangga tiang ini melambangkan ke Esaan kepada Allah SWT. Saat ini selain digunakan sebagai tempat ibadah, masjid Soko Tunggal juga banyak didatangi para peziarah.
Masjid Soko Tunggal pada awal dibangun menggunakan atap ijuk yang ditopang menggunakan satu tiang atau saka. Sementara dindingnya saat itu masih menggunakan gebyok kayu. Namun pada tahun 1922 masjid ini di renovasi dilakukan penggantian atap dengan genteng dan dinding diganti dengan tembok batu bata.
Di bulan suci Ramadhan ini setiap sore masjid Soko Tunggal aktif digunakan untuk tadarusan alquran. Masjid yang tercatat dalam bangunan cagar budaya ini, sampai sekarang sudah ada 13 tokoh imam besar yang pernah menjadi imam di masjid ini.
Salah satunya tokoh besar dan tercatat sebagai imam pertama di masjid Soko Tunggal adalah Mbah Kyai Mojo. Bahkan makamnya berdekatan dengan makam Adipati Mangunprojo di area masjid.
Keberadaannya sekarang menjadi tempat bersejarah yang banyak didatangi oleh para peziarah dari berbagai daerah. (Wahyu Kurniawan/Buz)
Load more