DI Yogyakarta - Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar. Banyak pelajar dan mahasiswa yang datang dari berbagai penjuru untuk mengenyam pendidikan di kota ini.
Selain kota pelajar, Yogyakarta juga menjadi salah satu destinasi wisata populer. Sebagai kota pelajar dan wisata, tidak heran jika Yogyakarta memiliki berbagai macam objek wisata edukasi, sebut saja Museum.
img: via laman resmi Portal Berita Pemkot Yogyakarta
Di Yogyakarta, perkembangan ilmu intelijen atau persandian dimulai dari sebuah rumah kecil milik Bapak Ponijan. Kediaman yang berada di Dusun Dukuh, Purwoharjo, Samigaluh, Kulon Progo tersebut digunakan oleh para pejuang Indonesia untuk kegiatan persandian
Dilansir dari laman informasi pariwisata Dinas Pariwisata DIY, peran pentingnya ilmu sandi bagi negara menjadi alasan Pemerintah DIY melalui Dinas Kebudayaan DIY, membuat sebuah museum tentang Lembaga Sandi Negara.
Tujuannya adalah untuk menjadi pengetahuan bagi masyarakat umum mengenai organisasi sandi negara.
Museum Sandi Negara berlokasi di kawasan Kotabaru, Yogyakarta. Di museum ini, kamu bisa menjumpai berbagai macam koleksi yang menceritakan dunia persandian secara lebih luas.
Diantaranya, kamu bisa melihat alat-alat sandi, peralatan yang digunakan para kurir dalam bertugas, salah satunya sepeda onthel untuk mengantar surat-surat rahasia dari dinas code ke alamat yang dituju.
img: via Gudeg Net
Pada tahun 2010 silam, Gunung Merapi meletus cukup dahsyat yang meluluhlantakan kawasan lereng gunung hingga menelan banyak korban. Untuk mengenang musibah tersebut, dibuatlah sebuat museum yaitu Museum Sisa Hartaku.
Lokasinya berada di Dusun Kepung, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Di museum ini, ada barang-barang yang masih tersisa dari letusan Gunung Merapi tahun 2010 lalu.
Sebelum, bangunan ini merupakan rumah seorang warga bernama Watinem. Kemudian Sriyanto, anak dari Watinem mengumpulkan sisa-sisa harta mereka yang tersapu erupsi dengan maksud mengenang kejadian dan mengenang keluarganya yang menjadi korban.
Hal yang dilakukan Sriyanto justru membuat banyak orang yang berminat untuk mampir berkunjung. Mulai dari warga sekitar hingga wisatawan, rumah tersebut kemudian dijadikan museum dengan nama Museum Sisa Hartaku.
Di sana kamu bisa melihat sisa-sisa berupa buku-buku usang, foto-foto, dan peralatan rumah tangga yang sudah tidak utuh akibat terkena awan panas. dan salah satu yang menarik adalah jam dinding yang sudah nyaris meleleh, jarum yang ada pada jam dinding tersebut menunjukkan jam terjadinya letusan Gunung Merapi.
img: via laman informasi pariwisata Dinas Pariwisata DIY
Museum unik lainnya yang ada di Yogyakarta adalah Museum Pusat TNI Angkatan Udara Dirgantara Mandala (Muspusdirla) yang merupakan Museum Sejarah dan Perjuangan.
Muspusdirla atau akrab disebut Museum Pesawat Terbang ini terletak di komplek Pangkalan Udara Adisutjipto Yogyakarta yang memiliki sekitar 61 koleksi pesawat terbang.
Selain koleksi pesawat terbang, ada juga koleksi lain, berupa pakaian peninggalan pahlawan nasional dari TNI Angkatan Udara hingga diorama pembentukan dan peran TNI Angkatan Udara
Dilansir dari laman informasi pariwisata Dinas Pariwisata DIY, salah satu koleksi yang sangat penting dalam sejarah cikal bakal TNI AU adalah replika pesawat Dakota C-47 dengan nomor seri VT-CLA yang ditembak Belanda dan jatuh di daerah Ngoto, Bangunharjo, Sewon, Bantul pada tanggal 29 Juli 1947.
Untuk memudahkan pengunjung dalam melihat koleksi, ruang pamer Muspusdirla dibagi menjadi tujuh ruangan yaitu Ruang Utama, Ruang Kronologi I dan II, Ruang Alutsista, Ruang Paskhas, Ruang Diorama dan Ruang Minat Dirgantara.
Kamu juga bisa melihat film kedirgantaraan di ruang Mini Teater yang berkapasitas 60 kursi ini. Kamu juga bisa masuk ke Studio Foto Dirgantara yang menyediakan baju penerbang sebagai kostum.
img via blog Pigura Rasa
Datang dari Belgia dan melakukan penjelajahan selama 15 tahun di Indonesia. Rudi Corens memprakarsai pembuatan museum yang berfokus pada anak-anak dengan menyerahkan 700 koleksi pribadi mainan tradisional anak-anak serta buku-bukunya sebagai inventaris museum.
Dilansir dari laman informasi pariwisata Dinas Pariwisata DIY, menggandeng dengan beberapa tokoh seni di Jogja, Rudi Corens berhasil mewujudkan impiannya mendirikan sebuah museum khusus anak-anak yang dinamai Museum Anak Kolong Tangga.
Penamaan ini tidak terlepas dari lokasi museum yang tepat di bawah tangga pintu masuk Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta. Museum ini resmi dibuka untuk umum pada tanggal 2 Februari 2008.
Memanfaatkan ruang yang sempit, pengelola museum ini meresponnya dengan tata letak yang kreatif dan unik. Penampilan yang disajikannya pun sangat nyaman dan tidak lepas dari nuansa anak-anak yang membuat para pengunjung menjadi nyaman dan ceria. (Mzn)
Load more