Mary Jane mengaku jika dirinya sempat mengalami depresi sejak pertama kali hakim menjatuhkan vonis hukuman mati kepadanya.
Ia mengaku jika dirinya dilanda stres, tidak bisa tidur, dan bahkan sempat membenci Tuhan.
Namun, setelah mendapatkan penundaan terhadap eksekusi mati, Mary Jane mengaku dirinya bisa bangkit dan mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak untuk terus berjuang.
Dia juga menyadari bahwa jika selama ini dirinya telah dimanfaatkan atas trauma yang pernah dialami Mary karena hampir diperkosa di Dubai dan kemudian Cristina mengririmnya ke Yogyakarta.
Kini, Mary Jane mulai mahir berbicara bahasa Indonesia setelah hampir 13 tahun menghabiskan waktunya di penjara.
Ibu dua anak itu juga saat ini rajin membatik selama berada di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas II B Yogyakarta, Wonosari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyawakarta (DIY).
Kepala Lapas Perempuan Kelas II B Yogyakarta Ade Agustina mengatakan jika batik karya Mary Jane sudah tidak terhitung.
Bahkan satu kain batik karya Mary Jane kini memiliki harga jual yang tinggi, mulai dari Rp 600.000 hingga jutaan.
Melalui hasil penjualan karyanya itu, kini Mary Jane bisa mengirimkan uang ke keluarganya di Filipina. Tak hanya rajin membatik, Mary Jane juga terlibat di aktivitas sosial lain di lapas, seperti bermain organ tunggal untuk mengiringi kegiatan kerohanian.
(udn)
Load more