tvOnenews.com - dr. Hastry adalah seorang dokter ahli forensik yang membantu evakuasi korban erupsi Merapi, salah satunya Mbah Maridjan.
Simak sepenggal kisah dr. Hastry saat mengevakuasi korban Gunung Merapi termasuk sang juru kunci yakni Mbah Maridjan.
Kombes. Pol. Dr. dr. Sumy Hastry Purwanti, DFM, Sp.F atau dikenal dengan dr. Hastry adalah dokter perwira menengah Polri yang sejak 1 Juni 2021 mengemban amanat sebagai Kabid Dokkes Polda Jateng.
Dokter berusia 53 tahun ini merupakan lulusan SEPA 1998 dan berpengalaman dalam bidang Kedokteran Kepolisian (Dokpol).
Jabatan terakhir dr. Hastry adalah Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Semarang. Ia merupakan seorang Polwan pertama di Asia yang memiliki gelar Doktor Forensik.
Beberapa waktu silam, Mbah Maridjan menjadi korban dari erupsi Gunung Merapi.
Sepenggal Kisah dr. Hastry, Dokter yang Pernah Identifikasi Mbah Maridjan di Merapi, Seperti Apa Kisahnya?. Source: youtube Denny Darko
Sebelumnya, awan panas kembali dimuntahkan Gunung Merapi sejak Sabtu (11/3/2023) silam, dengan status Merapi yang berada pada level Siaga (Level III).
Aktivitas vulkanik ini kembali mengingatkan akan peristiwa erupsi Merapi tahun 2010 silam yang banyak memakan korban jiwa, termasuk Mbah Maridjan.
Saat itu, Mbah Maridjan ditemukan dengan posisi bersujud. Ahli forensik dr. Sumy Hastry Purwanti atau dikenal dengan dr. Hastry memberikan penjelasan terkait kondisi jenazahnya.
Diketahui, jenazah Mbah Maridjan diautopsi di Rumah Sakit Sardjito, Yogyakarta. dr. Sumy Hastry memberikan kesaksian saat dirinya bertugas mengidentifikasi korban erupsi Merapi di Yogyakarta dalam tayangan channel Youtube Denny Darko.
Saat itu dr. Sumy Hastry tengah bertugas dan menjabat sebagai Kepala Urusan Kedokteran Forensik di RS Bhayangkara, Semarang, Jawa Tengah.
Menurut kisahnya, saat Gunung Merapi meletus, semburan awan panas sudah sampai ke Magelang, dan dirinya diminta untuk membantu evakuasi korban.
“Sesaat jadi begitu meletus itu (Gunung Merapi), katanya semburan awan panas sama abunya sampai kota Magelang, Muntilan dan kita ditelpon tim saya untuk membantu,” ujar dr. Hastry.
dr. Sumy Hastry menyampaikan jika dirinya langsung bergegas menuju Yogyakarta dan sejumlah wilayah di Kabupaten Jawa Tengah untuk mengecek korban erupsi Gunung Merapi.
“Itu saya ngalamin, katanya Mbah Maridjan jadi korban. Kebetulan saya langsung ke Jogja tapi sebelumnya mampir ke wilayah Kabupaten Jawa Tengah dulu ya, kayak Magelang, Muntilan, untuk lihat kira-kira ada jenazah atau korban atau tidak,” sambung dr. Hastry.
Dirinya juga menyampaikan bahwa ternyata korban erupsi Merapi lebih banyak berada di wilayah Yogyakarta dibandingkan sekitar Kab. Magelang.
Sepenggal Kisah dr. Hastry, Dokter yang Pernah Identifikasi Mbah Maridjan di Merapi, Seperti Apa Kisahnya?. Source: tim tvOnenews.com
“Kita sempat istirahat seadanya di mobil dengan tim dan besoknya ditelpon disuruh geser ke Jogja, karena ternyata korbannya malah lebih banyak di Jogja,” tutunya.
Setelah dirinya tiba di Yogyakarta, dr. Hastry langsung membantu mengidentifikasi korban yang terkena awan panas dan guguran abu Gunung Merapi di Rumah Sakit Sardjito, salah satunya yaitu Mbah Maridjan.
“Pasti jenazah akan sulit untuk dikenali kena awan panas dan semburan debu. Kita bekerja dan kita identifikasi itu kayak Covid, jadi kita harus lengkap pakai APD. Kalau gak kan bisa masuk ke pernapasan kita. Alhamdulillah kalau yang dikenal bisa langsung dikebumikan, kalau belum ya kita berusaha identifikasi. Ternyata beberapa hari kemudian kita Identifikasi itu Mbah Maridjan,” tutur dr. Hastry.
Untuk memastikan data yang akurat dari para korban erupsi Gunung Merapi, rekan dokter dr. Hastry membantu mengumpulkan data langsung dari keluarga korban di pengungsian.
“Teman-teman juga ada yang ke TKP untuk membantu menanyakan data-data antemortem di pengungsian. Kira-kira keluarga yang hilang itu siapa namanya, ciri-cirinya apa karena kita yang di kamar jenazah memeriksa data jenazah tersebut,” lanjut dr. Hastry.
dr. Hastry juga mengungkapkan bagaimana kondisi para korban erupsi Gunung Merapi yang ditemukan tim evakuasi kepada Denny Darko. Salah satunya yakni jenazah Mbah Maridjan yang ditemukan dalam kondisi seperti bersujud.
“Kena abu putih panas semua, abu yang putih tapi panas,” ujar dr Hastry. Dr Sumy Hastry menegaskan bahwa salah satu penyebab banyaknya korban yang meninggal dalam bencana tersebut yakni menghirup abu vulkanik yang disemburkan Gunung Merapi. Para korban juga ditemukan dalam keadaan tertutup debu panas. “karena terhirup (abu panas) saluran napasnya, terhirup masuk awan panas sama pasir jadi satu, jadi langsung meninggal ditempat. (Tubuhnya) tertutup debu panas itu, kayak patung lilin putih,” sambungnya.
Selain itu, debu vulkanik panas erupsi Gunung Merapi membuat jasad para korban mengeras dan sulit diidentifikasi.
“(Wajahnya) keras juga, tertutup ya jadi usahakan kita kerok. Kita lihat apakah mungkin ada cacat lain. Dari baju juga sulit sekali diidentifikasi karena tertutup debu panas,” ungkap dr. Hastry.
Diketahui, erupsi Gunung Merapi pada 26 Oktober 2010 terjadi pada malam hari saat masyarakat sedang beristirahat dan terlelap tidur.
Sepenggal Kisah dr. Hastry, Dokter yang Pernah Identifikasi Mbah Maridjan di Merapi, Seperti Apa Kisahnya?. Source: youtube Denny Darko
“Iya (jasad korban kaku), ada yang duduk, ada yang meringkuk gitu. Dan Mbah Maridjan waktu itu sih posisi memang sedang istirahat,” ujar dr. Sumy Hastry.
“Karena posisi tidur, jadi kesannya seperti bersujud. Tapi sebetulnya dia kayak menahan atau menekuk karena ketegangan otot tubuhnya. Jadi kesannya kayak sujud padahal ya tidak posisi tidur aja,” terangya.
Kemudian dr. Hastry juga merupakan ahli forensik, mengatakan bahwa jasad Mbah Maridjan baru bisa dievakuasi 3 atau 4 hari setelah erupsi Gunung Merapi. “Kayaknya hari ketiga atau keempat baru ditemukan di rumahnya,” ungkap dr. Sumy Hastry.
dr. Sumy Hastry juga melanjutkan, bahwa tim dokter forensik berkerja dengan sangat cepat agar para korban erupsi Gunung Merapi bisa segera dikebumikan.
“Lah itu memang kita identifikasinya biar cepat aja dan segera dimakamkan karena kan debu panasnya juga dapat mengganggu kami dan tim, biar pemerintah Kota Yogyakarta juga dapat jelas nih yakin jumlah total semuanya berapa. Jadi misal kalau ada lagi letusan, ibaratnya kan sudah siap dan tidak terpaku untuk tinggal disitu dan mau dievakuasi,” pungkas dr. Hastry.
dr. Sumy Hastry juga bercerita bahwa saat melakukan evakuasi, ada juga anggota tim Basarnas yang turut menjadi korban.
“Tim Basarnas yang mengevakuasi ada juga yang menjadi korban, kita mengenali dari bajunya,” tuturnya menambahkan.
“Kita berhasil menemukan dan melihat korban dalam hal ini adalah Mbah Maridjan, dan tidak seperti yang disebutkan bersujud karena memang rata-rata seperti itu, karena dia berusaha melindungi dirinya,” lanjut dokter ahli forensik tersebut.
Erupsi Gunung Merapi pada 26 Oktober 2010 silam telah merenggut lebih dari 353 jiwa, termasuk Mbah Maridjan, sang juru kunci Gunung Merapi.
Baca artikel terkini dari tvOnenews.com selengkapnya di Google News.
(udn)
Load more