Sleman, tvOnenews.com - Indonesia terkenal akan cita rasa kuliner yang menggugah selera. Mulai dari kuliner kekinian, modern, hingga kuliner ndeso atau kampung jaman dulu (jadul). Salah satu kuliner jadul yang diburu warga saat bulan Ramadhan adalah lodeh lompong. Selain rasanya yang unik, masakan jenis ini juga semakin langka ditemui.
Lompong adalah sejenis tanaman talas yang bisa diambil batangnya untuk dimasak. Masakan jenis ini dulunya sangat legendaris di Jawa karena menjadi menu sehari-hari.
Untuk mengobati kerinduan akan masakan nenek, sebuah warung makan di Pakem, Sleman, Yogyakarta menyediakan menu lompong menjadi lodeh dan oseng.
"Di tempat ini kita memang mengangkat menu khas ndeso. Jadi di sini ada yang kita signature nya adalah menu lodeh lompong sama oseng lompong," kata Erma Wheny, pemilik Warunk Iciiik Iwiiir.
Lompong sendiri sebenarnya merupakan jenis tanaman yang bergetah, sehingga diperlukan cara khusus untuk memasaknya agar tidak gatal dan aman konsumsi.
Proses memasak lodeh lompong juga diracik dengan bumbu khusus yang merupakan kearifan lokal, di mana pengetahuan ditularkan dari generasi sebelumnya.
"Iya resep dari simbah dulu, turun-temurun, dari generasi ke generasi dari orang-orang yang biasa mengolah lompong. Jadi makanya ada satu proses khusus yang kita siapkan biar aman untuk dikonsumsi. Karena kalau tidak melalui proses itu bisa menyebabkan kadang-kadang gatal, ada getahnya yang bikin gatal," terang Erma.
Pada bulan Ramadhan ini, banyak warga yang berburu kuliner lodeh lompong. Tak hanya warga lokal, tapi juga datang dari kota-kota besar di Indonesia.
Mereka ingin bernostalgia menikmati kuliner nenek sebagai menu berbuka puasa. Apalagi saat ini sangat jarang ditemui lodeh lompong yang dijual di warung-warung makan.
"Entah itu keluarganya, kakeknya atau neneknya bilang "oh dulu aku makannya ini (lodeh lompong)". Jadi memang semacam kayak nostalgia juga," ungkapnya.
Vita (26) salah satunya. Ia mengaku baru pertama kali mencicipi sayur lodeh lompong.
"Ternyata sangat enak sekali, soalnya di luar sana jarang yang masak lompong jadi bagi lidah saya ini sangat cocok sekali," terangnya.
Bagi pengelola Warunk Iciik Iwiiir, kehadiran lodeh lompong dengan cita rasa khas lereng Merapi juga menjadi program pemberdayaan masyarakat sekitar. Selain bisa menanam di sekitar lokasi warung, pengelola juga memberdayakan warga sekitar di mana tanaman umbi talas banyak dihasilkan dari lahan pertanian sekitar.
Bahkan, orang yang memasak lodeh lompong di warung tersebut juga merupakan warga sekitar. Termasuk dalam hal wisata alam menggunakan skuter listrik dengan rute pedesaan di lereng Gunung Merapi.
"Pemberdayaan masyarakat kita lakukan. Juga dengan pengunjung bisa menikmati wisata alam pedesaan dengan skuter listrik. Nah kita memberi kas dari sewa skuter ini di 4 RT dan 1 pemuda setiap bulannya," pungkasnya. (Apo).
Load more