tvOnenews.com – Siapa yang tak kenal dengan Dato Sri Tahir? Sosoknya merupakan pendiri Mayapada Group dan menjadi inspiratif banyak orang. Tak disangka, ternyata dia adalah anak dari seorang tukang becak.
Sang konglomerat Indonesia itu bahkan mengakui dirinya memiliki insecurity complex lantaran Dato tumbuh besar melihat orang tuanya menghadapi banyak tekanan.
“Kita berasal dari keluarga kurang mampu dan kita hidup hanya dari setoran tukang becak. Lalu, semakin dewasa dan tumbuh saya melihat bagaimana orang menginjak, menekan dan menghina orang tua saya,” kata Dato Sri Tahir.
“Itu memperberat rasa tidak percaya diri serta menumbuhkan rasa insecurity complex,” lanjutnya.
“Saya tidak bisa melihat ada kejadian-kejadian orang susah ditekan oleh orang-orang kaya. Saya selalu merasa habitat saya adalah orang lemah,”
Kesuksesannya menjadi sosok pendiri Mayapada Group tentunya bukan tanpa hambatan. Dato Sri Tahir mengungkapkan kisah masa lalunya bahwa sejak berusia 10 tahun, dia telah diajarkan sang ayah untuk berjualan gantungan cangkir. Kala itu, sang konglomerat menjajakan dagangannya di Solo.
Diketahui, Dato Sri Tahir menikahi Rosy Riady yang merupakan anak dari pemilik Lippo Group, Mochtar Riady. Ketika menikahi pujaan hatinya, pekerjaan Dato bahkan belum jelas.
“Waktu saya menikahi putri dari Mochtar Riady, saya dalam keadaan orang biasa. Pekerjaan juga belum jelas,” kata Dato Sri Tahir.
Dia bahkan sempat dilarang untuk bekerja dan masuk ke dalam Group bisnis di bawah naungan Riady. Namun, tidak menyerah di depan mertua Dato menantang suatu saat akan mengalahkan sang mertua.
“Dari minggu pertama saya menikah sudah dipanggil oleh pak Mochtar yang mengatakan ‘you tidak boleh bekerja di grup saya,’ dan saya jawab ‘it’s okay why not’, lalu pak Mochtar tanya lagi ke saya second question: what are you going to do? Saya bilang ke pak Mochtar secara jelas, one day i'll beat you,” lanjutnya.
Kata pantang menyerah tak ada di dalam kamusnya, Dato Sri Tahir pernah mencoba peruntungan di bisnis garmen. Diketahui, di usia 20 tahun, dia pernah mendapat beasiswa di Nanyang Technological University Singapura untuk sekolah bisnis.
Saat itu, Dato mengambil peluang berjualan pakaian wanita hingga sepeda dari Singapura ke Surabaya demi menambah penghasilan.Masih belum puas di usia ke-35, sang konglomerat kembali mengenyam pendidikan di Golden Gates University, Amerika Serikat mengambil jurusan keuangan.
Kerja kerasnya pun menuai hasil, bisnis garmennya membuahkan hasil hingga pada tahun 1986 dia pun memutuskan untuk mendirikan Mayapada Group yang juga merambah ke bidang lain yakni dealer mobil, perbankan dan kesehatan.
Ternyata, bisnis perbankannya justru lebih maju dibandingkan bisnis garmennya. Pada tahun 1990, Bank Mayapada menjadi andalan.
Bahkan, pada krisis moneter 1998, bisnis perbankan Dato Sri Tahir masih berdiri kokoh hingga berhasil mengembangkan investasi asing ke berbagai negara asing. Bank Mayapada sendiri sempat mendapatkan penghargaan sebagai bank umum terbaik kedua.
Load more