tvOnenews.com - Mohammad Jusuf Hamka adalah seorang pengusaha jalan tol yang menjadi perbincangan publik, lantaran menagih utang ke pemerintah sebesar Rp800 miliar.
Jusuf Hamka menagih utang ke Kemenkeu (Kementerian keuangan) sebesar Rp800 miliar kepada PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP).
Di mana hal itu bermula dari deposito sebesar Rp78 miliar di Bank Yakin Makmur (Yama) yang dilikuidasi pemerintah pada saat krisis moneter 1998.
Pria yang akrab disapa Babah Alun itu mengaku belum mendapatkan kembali uang depositonya setelah pemerintah berdalih bahwa CMNP terafiliasi pemilik Bank Yama, yaitu Siti Hardijanti Rukmana atau Tutut Soeharto.
Tudingan tersebut dibantah Jusuf Hamka hingga ia mengajukan gugatan ke Mahkamah Agung dan dimenangkan pada 2015, sehingga pemerintah diwajibkan membayar deposito CMNP di Bank Yama beserta bunganya sebesar 2 persen per bulan.
Pengusaha jalan tol, Jusuf Hamka.
Jusuf Hamka mengaku sudah bersurat dengan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kemenkeu medio 2019—2020 namun kemudian komunikasi tersendat dan pihak DJKN menyatakan sedang melakukan verifikasi di Kemenkopolhukam.
Lantaran proses verifikasi yang sudah berlangsung tiga tahun tanpa hasil, Jusuf Hamka akhirnya kembali bersuara untuk menagih utang pemerintah tersebut.
H. Mohammad Jusuf Hamka bercerita tentang pandangan hidup bersama Denny Sumargo di acara bincang yang berjudul 'CURHAT BANG Denny Sumargo'.
Denny Sumargo mengatakan bahwa kebanyakan orang sering salah kaprah tentang inti mencari kehidupan yang ingin kita capai.
"Nah ini kok kayaknya banyak gak nyampe berpikir sejauh itu, apakah pola didik, apakah budaya kita. Kita kasih edukasi malah bukan diambil baiknya, malah dilihat yang buruknya," ucap Denny Sumargo.
Menanggapi hal itu, Babah Alun mengungkapkan bahwa pola didik, pendidikan umum, pendidikan agama sangat mempengaruhi.
"Karena di agama kami, terutama saya Islam itu diajarkan bahwa itu disyukuri aja apa yang kita udah dapat," ungkap Jusuf Hamka.
"Tapi di situ kita juga lupa bahwa di Islam diajarkan bahwa jadi orang beragama harus kaya, kalau kaya bukan berarti mensyukuri apa yang ada terus stop, menikmati yang sudah dapat saja, nggak boleh." tuturnya.
Menurut pria yang dikenal dengan sifat dermawan ini bahwa kebanyakan orang begitu tahu dirinya sudah achieve pada target, setelahnya berhenti dan mulai malas-malasan.
"Dia lupa nih, nanti anak makin gede sekolah makin mahal, ntar ada anak yang tabrakan kakinya patah, terus kan tingkat inflasi setiap tahun pasti berubah, sehingga biasanya mereka kalah." ujarnya.
"Sementara si tionghoa -tionghoa ini selalu diajarkan gaya hidup hemat dan selalu uber-uber cuan terus, karena mempersiapkan diri kalau nanti keadaan susah, keadaan sakit, keadaan anak mau sekolah, keadaan hari tua," terangnya.
Pria keturunan samarinda-tionghoa ini mengatakan bahwa prinsip orang tionghoa yang selalu diajarkan.
"Elu gak boleh lebih miskin dari anak-anak elu, itu kami diajarkan karena wibawa elu gak akan ada nanti," jelasnya.
Sementara masyarakat Indonesia, selalu mengajari anak-anaknya dari kecil.
"Nak, nanti kalau udah gede jadi Menteri ya, jadi Gubernur ya, biar bapak sama ibu bisa ikut kamu bahagia. Selalu menyandarkan kepada itu," ujarnya.
Potret kebersamaan Jusuf Hamka bersama putranya di depan masjid yang didirikan. (antara)
Pengusaha muslim ini mengungkapkan bahwa pola pikir yang salah masyarakat kita, karena selalu menggantungkan hidupnya kepada anaknya.
Sementara orang tionghoa memiliki prinsip tidak mau menggantungkan hidupnya sama anaknya.
Denny Sumargo merasa penasaran, mengapa Jusuf Hamka tidak menerapkan pola flexing untuk menargetkan apa yang menjadi usaha dan marketingnya.
Merespons hal itu, dengan tegas Jusuf Hamka berkata bahwa flexing itu hanya untuk kelihatan kaya, tapi bukan kaya beneran.
"Flexing itu kan hanya untuk kelihatan kaya, bukan kaya beneran. Saya maunya kaya beneran, saya gak mau keliatan kaya," tuturnya.
"Cita-cita saya adalah jadi orang kaya beneran, bukan kelihatan kaya, kalau kelihatan kaya, saya jadi foto model saja," terangnya.
Denny Sumargo menanggapi pernyataan dari Jusuf Hamka, dan berkata bahwa jika menerapkan pola flexing maka kelihatan kaya beneran.
Babah Alun menyatakan bahwa hal itu kaya semata-mata bohongan. Dirinya mencontohkan bahwa banyak sekarang perusahaan-perusahan besar kelihatan hebat.
"Tau-tau PHK karyawannya, gak usah itu perusahaan puluhan bahkan ratusan tahun saja, kemarin Disney saya dengar tujuh ribu karyawan di PHK, ini kalau tidak benar-benar pondasinya kuat, akan terjadi kapital erosi dan ini (flexing) hanya fatamorgana yang kelihatannya indah tapi isinya kosong," ungkapnya. (ind)
Baca artikel terkini dari tvOnenews.com selengkapnya di Google News, Klik di sini
Load more