tvOnenews.com - Di dunia ini terdapat banyak kebudayaan dan masyarakat yang memiliki keunikan masing-masing, salah satunya sekte Aghori dari India.
India memang dikenal sebagai salah satu negara dengan keberagaman aliran kepercayaan dan ritual di masyarakatnya yang cukup tinggi.
Sekte Aghori hingga masa modern ini masih terus menarik perhatian
Seperti dilansir tvOnenews.com dari kanal YouTube Sepulang Sekolah, berikut penjelasan tentang Sekte Aghori.
Masyarakat dengan Sekte Aghori bermukim di Varanasi, sebuah kota di pinggiran Sungai Gangga India.
Namun mereka tidak tinggal secara terpusat di satu titik melainkan terpencar-pencar.
Sekte Aghori ini sebenarnya menyerap ajaran Hindu yang memuja Dewa Siwa, sosok dewa perusak alam semesta.
Walau menyerap ajaran Hindu, Sekte Aghori tidak diakui oleh penganut agama Hindu lainnya.
Salah satu alasan Sekte Aghori tidak dianggap dalam Hindu adalah kepercayaan mereka bahwa keimanan bisa lebih kuat jika memakan jenazah orang lain.
Dengan makan jenazah manusia, Sekte Aghori percaya bahwa mereka bisa lebih dekat dengan tuhan, sebagai cara merangkul kematian dan membantu menjadi jelmaan Dewa Siwa.
Kondisi jenazah yang masih segar, busuk ataupun sudah dikremasi tetap Sekte Aghori makan.
Bagian tubuh yang tak dimakan oleh penganut Sekte Aghori biasanya akan dijadikan pernak-pernik, misalnya bagian tengkorak dijadikan mangkuk atau wadah.
Alasan terbesar penganut Sekte Aghori menyukai tinggal di pinggiran Sungai Gangga adalah karena tempat tersebut biasanya tersedia banyak jenazah yang dihanyutkan atau abu kremasi di sekitarnya.
Salah satu ciri yang mencolok dari Sekte Aghori adalah badan mereka yang terlihat diselimuti lapisan putih dari abu kremasi.
Menurut Sekte Aghori, abu kremasi bisa menjadi pelindung diri mereka dari penyakit berbahaya.
Uniknya, dalam bahasa Sansakerta sendiri, nama Sekte Aghori sebenarnya memiliki arti tidak menakutkan, bertolak belakang dengan hal-hal tak lazim yang tadi disebutkan.
Sekte Aghori diperkirakan bukanlah sebuah aliran kuno karena baru muncul di sekitar abad ke-18.
Walau begitu, Sekte Aghori juga diketahui menyampurkan tradisi mereka dengan Suku Kapalika yang pernah ada di sekitar abad ke-7.
Menurut James Mallinson, seorang pengajar bahasa Sansekerta di School of Africa and Oriental Studies, kemampuan intelektual penganut Sekte Aghori tak seperti yang dibayangkan orang-orang.
Dengan penampilan yang cukup seram, ternyata beberapa penganut Sekte Aghori memiliki kecerdasan yang tinggi, bahkan ada yang pernah menjadi penasehat tinggi raja di Nepal.
Walau Sekte Aghori mengonsumsi jenazah hingga kotorannya sendiri, mereka dikenal sebagai masyarakat yang tidak mau mencari keributan atau masalah.
Mereka juga menganggap semua makhluk di dunia ini setara derajatnya, tidak ada kasta di kalangan manusia.
Jiwa sosial Sekte Aghori yang tinggi bisa dilihat dari kesediaan mereka untuk merawat pasien lepra secara sukarela.
Padahal pasien lepra di sana biasanya ditelantarkan oleh keluarganya sendiri, namun orang-orang Sekte Aghori mau merawatnya karena tak takut dengan kematian.
Sayangnya, penganut Sekte Aghori kini jumlahnya tak banyak, hanya sekitar ribuan orang.
Justru bermunculan orang-orang yang berpura-pura berdandan seperti Sekte Aghori demi mendapatkan uang dari turis, padahal Sekte Aghori yang asli tak terarik sama sekali dengan uang.
Sekte Aghori biasanya tak mengenakan baju, walau di beberapa daerah penganut Aghori wanita mengenakan baju.
Sementara bagi penganut Sekte Aghori yang cukup modern sudah mulai mengenakan baju layaknya orang biasa.
Terkait hubungan seks, Sekte Aghori ada yang mengaku pernah erhubungan dengan jenazah.
Namun Sekte Aghori sangat melarang hubungan intim sesama jenis.
(far)
Dapatkan berita menarik lainnya dari tvOnenews.com di Google News, Klik di Sini
Load more