Pertama-tama, sang calon pengantin wanita sendiri yang menangis. Dia akan menangis di aula atau di bagian ruang keluarga rumah. Setelah 10 hari berselang menangis sendirian, ibunya akan datang menemani dan mereka akan menangis berdua.
10 hari berikutnya, sang nenek akan menyusul ibu dan calon pengantin wanita. Sang nenek akan bergabung, kemudian mereka akan menangis bersama. Mereka akan menangis sekitar 1 jam saja per harinya.
Sementara itu di 10 hari terakhir, barulah saudara-saudara perempuan sang calon pengantin wanita, serta bibi-bibinya akan bergabung. Jadilah semua wanita dalam keluarga sang calon mempelai wanita menangis bersama-sama.
Tradisi Suku Tujia ini tidak hanya diiringi dengan tangisan tetapi juga lagu sedih yang dikenal dengan 'Lagu Pernikahan Menangis'. Lagu ini seperti himne yang berhubungan dengan tradisi ini.
Ada yang mengatakan bahwa jika mempelai wanita tidak menangis, dia akan menjadi bahan gosip dan ejekan di desa.
Bahkan ada kasus dimana sang ibu harus memukul mempelai wanita karena tidak menangis sebelum prosesi pernikahan. Menangis di pesta pernikahan bukan berarti sakit dan sedih, tapi juga gembira dan berharap. (mg3/ree)
Load more